Japan International Cooperation Agency
Share
  • 日本語
  • English
  • Français
  • Espanol
  • Home
  • About JICA
  • News & Features
  • Countries & Regions
  • Our Work
  • Publications
  • Investor Relations

Berita Proyek

2010-06-15

Pelatihan Manajemen Sekolah ke-5 di Daerah Sasaran Baru LS

Di wilayah sasaran baru Lesson Study, Pelatihan Manajemen Sekolah ke-5 dilaksanakan di masing-masing daerah mulai dari akhir Mei sampai awal bulan Juni. Pemahaman kepala sekolah merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan oleh para guru agar mereka dapat melaksanakan kegiatan Lesson Study di sekolah mereka dan menghadiri pertemuan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Oleh karena itu, dalam program PELITA, telah dilaksanakan Pelatihan-pelatihan Manajemen Sekolah yang sasarannya adalah semua kepala sekolah di daerah sasaran baru untuk memfasilitasi mereka dalam memahami apa itu Lesson Study, apa yang dimaksud dengan pembelajaran yang bagus, dan bagaimana cara mengimplementasikan. Dalam Pelatihan Manajemen Sekolah ke-5, para kepala sekolah tersebut melaksanakan refleksi sendiri setelah mengamati sebuah open-class. Selain itu, seorang Ahli JICA, Mr. Suzuki yang dulunya adalah seorang guru sekolah menengah atas, memberikan sebuah presentasi tentang “Apa yang dapat dilakukan oleh seorang Kepala Sekolah supaya Guru-gurunya merasa bahagia dalam mengajar”.

Karena pelatihan kali ini sudah merupakan pelatihan yang kelima kalinya, terlihat jelas bahwa sebagian kepala sekolah menunjukkan minat yang besar terhadap Lesson Study, dan sebagian lainnya tidak. Ini merupakan hal yang lumrah karena Lesson Study hanyalah salah satu dari berbagai macam pendekatan untuk meningkatkan mutu pendidikan, jadi adalah hal yang patut dibanggakan bahwa ada banyak kepala sekolah yang mengikuti kegiatan pelatihan dengan penuh semangat, memberikan dukungan finansial bagi guru-gurunya untuk mengikuti kegiatan MGMP Lesson Study, dan mencoba menerapkan Lesson Study Berbasis Sekolah di sekolah mereka masing-masing. Ini menunjukkan bahwa Dinas Pendidikan di masing-masing kabupaten/kota telah melakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui Lesson Study dan kebijakan yang mereka ambil telah mampu menjangkau masing-masing kepala sekolah.

Lalu, bagaimana dengan keterampilan para kepala sekolah tersebut dalam mengamati sebuah kelas dan dalam refleksi? Apakah sudah ada kemajuan? Selain beberapa orang kepala sekolah di Padang, sikap mereka dalam melakukan observasi sudah semakin membaik. Ini terbukti dengan semakin banyaknya para kepala sekolah yang mulai memahami apa yang harus diamati dan bagaimana cara mengamati di dalam kelas. Ketika mereka menyadari bahwa mereka perlu mengamati secara cermat proses pembelajaran siswa, mereka mulai melakukan observasi secara terperinci, mendekati semua kelompok di kelas. Para kepala sekolah yang belum memahami apa arti “mengamati pembelajaran” dengan segera merasa mengantuk dan memilih pergi ke luar kelas atau mengobrol dengan rekan-rekannya. Ketika refleksi, banyak di antara para kepala sekolah yang mampu memberikan komentar-komentar berdasarkan apa yang dilakukan siswa di dalam kelas, semisal “XX sangat berkonsentrasi dalam kegiatan-kegiatan di kelas”, dan “XX dan XX saling berdiskusi dan bekerja sama memecahkan soal”. Sayangnya, sebagian besar komentar tersebut hanya berhenti pada tingkatan menyebutkan fakta saja, dan belum mampu mencapai level merefleksikan kenapa fakta pembelajaran itu terjadi dan bagaimana cara memperbaiki situasi tersebut sehingga mereka benar-benar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya. Para Ahli JICA kemudian membimbing mereka untuk berpikir kira-kira apa yang akan mereka lakukan seandainya mereka adalah guru yang membuka kelas tersebut.

Bagi kepala sekolah di Indonesia, mereka sangat ingin tahu bagaimana guru-guru di Jepang melaksanakan pembelajaran mereka sehari-hari dan alasan-alasan kenapa siswa siswi di Jepang memiliki prestasi akademis yang tinggi. Sehingga, mereka sangat terkesan sekali ketika Mr. Suzuki, anggota Tim Ahli JICA yang memiliki pengalaman menjadi seorang guru di Jepang menyampaikan presentasinya mengenai hal ini. Ia memberikan beberapa saran-saran berikut.

  • Berikan masukan atau nasihat kepada guru dengan cara mengikuti kelas mereka sehari-hari secara informal. LS tidak selalu harus dilaksanakan melalui open-class formal.
  • Ketika mengevaluasi sebuah kelas, cermatilah apakah guru memasukkan kegiatan-kegiatan dan pemikiran-pemikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran berdasarkan sikap dan karakteristik siswa.
  • Ciptakanlah atmosfer yang bagus di dalam ruang guru sehingga mereka secara alamiah dapat berdiskusi tentang siswa dan pembelajaran.
  • Ciptakanlah atmosfer yang bagus sehingga para guru dapat mendatangi ruang kepala sekolah untuk konsultasi tanpa ada rasa ragu atau segan.
  • Bayangkan dan tanamkan visi yang sama di antara para guru mengenai gambaran siswa semacam apa yang mereka harapkan.

Karena merasa terdorong oleh presentasi yang didasarkan pada pengalaman nyata, para kepala sekolah tersebut menanyakan pertanyaan-pertanyaan jujur seperti; “Kami punya banyak guru senior yang sudah tidak memiliki motivasi, dan ada guru-guru muda yang belum cukup baik dalam mengajar. Apa yang harus saya lakukan?”, dan “Saya mencoba mengunjungi kelas sehari-hari dan memberikan masukan, namun para guru meminta saya untuk tidak melakukan hal itu. Apa yang harus saya lakukan?”

PhotoGambar 1: Para kepala sekolah sedang mengamati pembelajaran fisika di Kota Banjarbaru.

PhotoGambar 2: Refleksi oleh para kepala sekolah di Kabupaten Minahasa Utara.

PhotoGambar 3: Para kepala sekolah sedang mendiskusikan apa yang dapat mereka lakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

PAGE TOP

Copyright © Japan International Cooperation Agency