2011-03-19
1. Lokasi : Ruang Rapat Hotel Selo Pass
Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali
2. Waktu : 18 Maret 2011
3. Tujuan : Pemaparan hasil kajian kegiatan proyek restorasi di TNGM
Pemaparan rencana aksi kegiatan proyek restorasi di TNGM tahun 2011-2012
Koordinasi laporan dengan Infront dan BTNGM
4. Partisipan :
5. Jadwal Perjalanan
Tanggal | Hari | Kegiatan | Penginapan |
---|---|---|---|
17/03/2011 | Kamis | Perjalanan Jakarta – Yogyakarta | Grand Quality |
18/03/2011 | Jumat | Local Workshop dan Final Meeting kegiatan restorasi di TNGM | |
19/03/2011 | Sabtu | Yogyakarta – Jakarta |
6. Notulensi Diskusi Pemaparan Hasil Kajian dan Rencana Aksi Restorasi
1) Tanya : Sumarsono (BPDAS Serayu Opak Progo)
Jawab : Pak Miyakawa
Mengenai penyusunan pedoman, belum ada khusus untuk di kawasan konservasi. Berdasarkan hasil proyek akan dihasilkan pedoman yang akan di usulkan kepada pemerintah. Kegiatan proyek terdiri dari 2 kegiatan utama yaitu uji coba restorasi dan meyusun pedoman teknis, kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Cara restorasi terdiri dari 4 tipe yaitu regenerasi alam, penunjangan regenerasi alam, penanaman pengkayaan, penanaman.
Jawab : Kelompok Kerja (Pak Amri, Pak Darwudji, Pak Lurah)
Sistem untuk proyek restorasi bertahap dengan anggaran besar, jika kurang dari itu maka akan sulit. Karena dari departemen hanya dana untuk tanam saja, tidak yang lain-lain bertahap.
Kalau RHL, masyarakat tidak melaksanakan penyiapan bibit. Target masyarakat tidak hanya tanam tapi juga hidup dan akan mengutamakan bibit unggul sedangkan RHL bibitnya berbeda tidak sesuai dengan permintaan.
Jika hanya menanam dengan dana minim dikhawatirkan tanaman akan mati. Mahal tapi pasti. Pernah RHL 2002 tidak berhasil, tahun 2006 dan 2007 berhasil 80%.
Jika dana 2,5juta rupiah di lahan pertanian mungkin bisa karena penyiapan lahan rendah. Namun jika di taman nasional rasanya kurang.
Kaitannya dengan anggaran sebesar 2,5juta rupiah kemungkinan untuk berhasil sangat kecil dan hanya akan menghabiskan dana saja. Di Mriyan mahal karena pengakutan mahal terutama untuk pembuatan jalan.
Jawab : Pak Uyung
Diharapkan ke depan untuk penanaman bukan dengan proses tawar menawar.
2) Tanya : Titi (KSDA)
Jawab : Pak Arief
Terima kasih atas kerjasamanya saat studi banding yang memicu semangat warga untuk restorasi/menghijaukan kembali kawasan hutan TNGM.
3) Tanya : Pamungkas (Balai Penelitian Kehutanan Solo)
Jawab : Pak Darjo (Lurah)
Kesepakatan lisan bukan perjanjian tulis bahwa masyarakat boleh masuk wilayah hutan dan boleh menanam rumput jika menjaga pohon yang sudah ditanam. Penjarangan/pemanfaatan kayu dilakukan jika ada bencana saja misalnya angin kencang atau tanaman roboh.
Setelah erupsi dan angin kencang, banyak pohon tumbang terutama jenis Akasia decurens, masyarakat bingung apakah boleh dimanfaatkan karena sudah menjadi kawasan Taman Nasional.
Jawab : Pak Uyung
Sejarah kawasan jika di Perhutani ada data dan informasi akan kami manfaatkan.
Model tanam restorasi akan dicoba dengan berbagai perlakuan. Masing-masing jenis memiliki sifat berbeda untuk dikembangkan. Teknologi yang diterapkan bermacam-macam disiapkan, misalnya penanaman beberapa jenis dalam satu lubang dan lain-lain.
Jawab : Pak Amri dan Pak Ikhsan
Pola tanam di Mriyan rencana di hulu sungai ditanam dengan beringin, dadap yang dapat dimanfaatkan oleh lutung. Jenis tanaman Lo masih dalam tahap ujicoba. Layout rencana secara rinci belum ada namun sudah ada rencana.
Pola tanam 5x5m, dikanan kiri sungai beringin dan gayam, di tepi/batas dengan aren.
Tanggapan : Pak Darwidji
Targetnya tanaman hidup.
Tanggapan : Pak Darjo
Di Nagrong tipe lahan ada datar bisa dibuat petak. Ada ide untuk membentuk tulisan dari jenis tanaman yang ditanam.
Tanggapan : Pak Arief
Rencana di Ngablak ada jalur legume untuk konservasi tanah karena tutupan lahan masih berupa blantak.
Tanggapan : Pak Kuspriyadi (Kepala Balai TNGM)
Jika nabrak dengan pohon lain di geser saja lobang tanamnya. Di TN tidak patokan harus jarak sekian-sekian karena bukan hutan produksi.
Pohon yang rubuh pasca erupsi, belum ada kesimpulan atau keputusan dari forum (Pemda, Dishut, Kementerian Pusat), jika berdasarkan undang-undang tidak diperbolehkan, namun karena ini bencana alam bukan sendiri. Perlu ada identifikasi awal.
Kesepakatannya bukan menebang namun mengambil yang sudah roboh.
Jangan sampai ada suara-suara yang menyebutkan warga menebang,
Saat ini ribuan pohon yang roboh karena bencana namun belum ada keputusan apakah boleh memanfaatkan hal tersebut (keputusan dari diskusi forum).
4) Tanya : Pak Pur (Dinas Kehutanan Jawa Tengah)
Pokja bisa dikembangkan minimal masing-masing desa pasca eruspi karena Dishut Jateng juga sedang menyusun hal ini. Sangat diharapkan hasilnya yaitu pedoman rehabilitasi dan restorasi di TNGM pasca erupsi karena dishut jateng juga sedang meyusun hal ini dan membutuhkan ini.
5) Tanya : Purnama
Kerjasama antara Infront, Jica dan TNGM bagaimana?
Apakah kegiatan kerjasama untuk penanaman saja atau bagaimana? Misalnya untuk pembibitan dengan pelatihan. Dimungkinkan atau tidak jika dari desa lain ikut untuk berbagi ilmu?
Jawab : Pak Miyakawa
Kerjasama antar pemerintah (Kementerian Kehutanan dengan Jica) berdasarkan dokumen RoD.
Project site ada 5 yaitu TNGM, TNS, TNGC, TNMT, dan TNBTS yang memiliki ekosistem khas. Setelah 5 tahun.
Untuk kerjasama dengan Pemda, dasar kejasama pertama dengan Kementerian Kehutanan, setelah itu dibuat kerjasama dengan pemda.
Jawab : Infront
Infront kerjasama dengan Jica sebagai konsultan local. Dari departemen/TN dengan penunjukan counterpart, agar untuk sosisalisasi bisa lebih intersif ke masyarakat. Kegiatan restorasi bukan hanya untuk penanaman tapi peningkatan kapasitas.
6) Tanya : Pak Sumarsono
Terkait dengan project, apakah hanya sebagai demplot atau untuk perkembangan dalam skala luas?
Jika memang akan dikembangkan maka harus disesuaikan dengan lembaga lain.
Di Ngablak perlu perlakuan khusus karena top soilnya sudah tidak ada, namun biaya lebih rendah dibandingkan dengan Mriyan perlu dilihat lagi apakah biaya tersebut sudah dengan metode yang sesuai? Misalnya mengembangkan metode pressblock.
Jawab : Pak Miyakawa
Kegiatan project didasarkan pada RoD yang tertulis secara umum, ada kemungkinan untuk pemberdayaan masyarakat dan pembuatan pedoman restorasi di kawasan konservasi. Setelah akhir project maka pedoman selesai dibuat dan menjadi tanggung jawab Dirjen PHKA untuk menyebarkan pedoman tersebut kepada taman nasional lainnya dan melaksanakan kegiatan restorasi berdasarkan pedoman tersebut
Jawab : Pak Arief
Masing-masing plot memiliki permasalahan sendiri, jika dilihat secara ekosistem memang lebih sulit di Ngablak pembutan lubang mungkin 1 hari 15 lubang/org, namun karena akses di Mriyan lebih sulit akan mempengaruhi biaya angkut bibit dan pupuk diperkirakan sehari hanya sanggup 40kg/org.
Jawab : Pak Darwudji
Ngablak murah karena akses mudah dalam pencapaian lokasi, namun mahal di tutupan lahan berupa blantak sulit untuk pembuatan lubang tanam dan media tanam. Cara penanaman akan menggunakan pressblock. Setuju jika ada petak-petak yang akan mengadposi teknologi penanaman misalnya dengan uji coba pressblock.
7) Tanya : Ibu Puji
Mengenai pemberdayaan masyarakat bisa dengan pengembangan produksi wedang kuwuk dengan asal bahan dari kehutanan. Di Taman Nasional Meru Betiri produksi jamu dari hasil tanaman hutan (TOGA/tanaman obat keluarga). Namun yang perlu diperhatikan apakah tanaman tersebut asli dari dalam kawasan atau bukan.
Jawab : Pak Ikhsan
Tanaman kayu manis bisa meningkatkan sumberdaya ekonomi dan juga untuk obat. Pengalaman pribadi menggunakan akar kayu manis di campur dengan adas (Foeniculum spp.) untuk melegakan tenggorokan.
8) Tanya : Pak Pur
Iklim yang ekstrim apakah sudah ada antisipasi misalnya untuk tempat pembibitan agar ada naungan dari hujan deras.
Jawab : Pak Ihksan
Lokasi pembibitan sudah dipetimbangkan dekat sengan sumber air.
Tanggapan : Pak Pamungkas
Bisa menggunakan teknologi Washsoap untuk air.
Tanggapan : Ibu Titi
Apakah ada tempat transit bibit?
Tanggapan : Pak Uyung
Ada, dan dikarantina dulu bibit tersebut misalnya seminggu untuk habituasi. Lokasi penyimpanan bibit sudah masuk lokasi (dekat).
Tanggapan : Pak Arief
Penanaman tahun pertama masih uji coba, jenis apa yang bertahan.
Selain lubang tanam, ada juga pembuatan bidang tanam, misalnya 4x4 intensif dengan jarak antar bidang 20 meter.
9) Tambahan : Pak Asep
Restorasi tidak hanya tentang teknis saja namun juga pada keaslian jenis tanaman.
Hasil studi banding di Paliyan memiliki anggaran sosial yang cukup tinggi. Bagaimana menjaga semangat masyarakat agar tetap tinggi. Diharapkan tidak hanya sebagai buruh tanam. Untuk itu perlu pemberdayaan masyarakat.
Jenis pionir endemik di TNGM agak sulit ditemukan karena pengaruh erupsi, pola restorasi ke depan untuk mencari jenis yang diyakini asli tidak mudah.
Tangapan : Pak Dayan (desa Ngablak)
Konsentrasi di Srumbung karena kegiatan pertambangan. Dengan adanya restorasi di Srumbung, kegiatan pertambangan diharapkan hilang. Selain itu juga untuk perbaikan ekosistem.
Tanggapan : Pak Ikhsan
Untuk seluruh pokja, diharapkan dalam kegiatan penanaman harus memiliki niat yang bersih dan ikhlas.
7. Koordinasi Laporan dan Kegiatan
8. Kesimpulan dan Saran