Japan International Cooperation Agency
Share
  • 日本語
  • English
  • Français
  • Espanol
  • Home
  • About JICA
  • News & Features
  • Countries & Regions
  • Our Work
  • Publications
  • Investor Relations

Project News

2011-03-19

Final Meeting di Taman Nasional Gunung Merapi

1. Lokasi : Ruang Rapat Hotel Selo Pass
Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali

2. Waktu : 18 Maret 2011

3. Tujuan : Pemaparan hasil kajian kegiatan proyek restorasi di TNGM
Pemaparan rencana aksi kegiatan proyek restorasi di TNGM tahun 2011-2012
Koordinasi laporan dengan Infront dan BTNGM

4. Partisipan :

  • Bapak Kuspriyadi (Kepala Balai TNGM)
  • Bapak Asep Kurnia (Staf Balai TNGM)
  • Ibu Pujiati (Kepala Seksi TWA dan Tahura)
  • Bapak Hideki Miyakawa (JICA Chief Advisor)
  • Ibu Dieta Arbaranny K. (JICA Technical Assistant)
  • Bapak Uyung Pramudiyanto (Infront)
  • Bapak A. Arief Rahman (Infront)
  • Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Tengah
  • BKSDA Yogyakarta
  • BPDAS Pemali Jratun, Semarang
  • BPDAS Serayu Opak Progo, Yogyakarta
  • Balai Penelitian Kehutanan Solo
  • Kepala Desa Ngablak
  • Kelompok Kerja Restorasi Desa Ngablak
  • Kelompok Kerja Restorasi Desa Mriyan
  • dan lain-lain

5. Jadwal Perjalanan

TanggalHariKegiatanPenginapan
17/03/2011KamisPerjalanan Jakarta – YogyakartaGrand Quality
18/03/2011JumatLocal Workshop dan Final Meeting kegiatan restorasi di TNGM
19/03/2011SabtuYogyakarta – Jakarta 

6. Notulensi Diskusi Pemaparan Hasil Kajian dan Rencana Aksi Restorasi

1) Tanya : Sumarsono (BPDAS Serayu Opak Progo)

  1. Apresiasi terhadap kegiatan proyek, output proyek adalah pedoman restorasi. Saat ini pedoman RHL hanya mengacu pada Permenhut 70. Sangat mengharapkan rekomendasi restorasi/rehabilitasi lahan atau di kawasan konservasi. Standar yang diajukan oleh Kelompok Kerja Rsetorasi (KKR) sebesar lebih dari 10 juta rupiah padahal untuk RHL hanya 2,5 juta rupiah saja. Untuk itu Dirjen PHKA perlu membuat standar baru untuk kegiatan restorasi atau rehabilitasi. Untuk karakter TNGM yang berbeda (bekas erupsi), perlu membuat standar biaya sendiri yang bisa digunakan untuk standar biaya rehabilitasi di areal gunung api (erupsi).
    Berapa biaya yang dibutuhkan untuk restorasi di kawasan konservasi, khususnya di areal bekas erupsi di TNGM. Agar BPDAS juga bisa mengacu pada biaya tersebut.
  2. Sistem penganggaran untuk penyiapan kelembagaan dan perencanaan di Dirjen BPDAS dan PS dilakukan bersamaan dengan fisik. Diharapkan rekomendasi dalam pedoman bahwa dalam kegiatan restorasi tahapannya penyiapan kelembagaan, perencanaan, dan aktivisitas fisik. Juga mengenai penyiapin bibit, di term 1 dalam kegiatan restorasi.
  3. Kegiatan rehabilitasi yang sudah dilakukan oleh BPDAS di Merbabu sedangkan di Merapi tidak jadi. Jika akan dilaksanakan rehabilitasi di TNGM ex-erupsi namun standar biaya di bawah JICA (dari departemen rendah) apakah pokja mau? Bukan karena biaya namun karena keinginan kuat.

Jawab : Pak Miyakawa
Mengenai penyusunan pedoman, belum ada khusus untuk di kawasan konservasi. Berdasarkan hasil proyek akan dihasilkan pedoman yang akan di usulkan kepada pemerintah. Kegiatan proyek terdiri dari 2 kegiatan utama yaitu uji coba restorasi dan meyusun pedoman teknis, kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Cara restorasi terdiri dari 4 tipe yaitu regenerasi alam, penunjangan regenerasi alam, penanaman pengkayaan, penanaman.

Jawab : Kelompok Kerja (Pak Amri, Pak Darwudji, Pak Lurah)
Sistem untuk proyek restorasi bertahap dengan anggaran besar, jika kurang dari itu maka akan sulit. Karena dari departemen hanya dana untuk tanam saja, tidak yang lain-lain bertahap.
Kalau RHL, masyarakat tidak melaksanakan penyiapan bibit. Target masyarakat tidak hanya tanam tapi juga hidup dan akan mengutamakan bibit unggul sedangkan RHL bibitnya berbeda tidak sesuai dengan permintaan.
Jika hanya menanam dengan dana minim dikhawatirkan tanaman akan mati. Mahal tapi pasti. Pernah RHL 2002 tidak berhasil, tahun 2006 dan 2007 berhasil 80%.
Jika dana 2,5juta rupiah di lahan pertanian mungkin bisa karena penyiapan lahan rendah. Namun jika di taman nasional rasanya kurang.
Kaitannya dengan anggaran sebesar 2,5juta rupiah kemungkinan untuk berhasil sangat kecil dan hanya akan menghabiskan dana saja. Di Mriyan mahal karena pengakutan mahal terutama untuk pembuatan jalan.

Jawab : Pak Uyung
Diharapkan ke depan untuk penanaman bukan dengan proses tawar menawar.

2) Tanya : Titi (KSDA)

  1. Diharapkan Merapi juga bisa hijau royo seperti Paliyan.
  2. Apresiasi terhadap keinginan masyarakat

Jawab : Pak Arief
Terima kasih atas kerjasamanya saat studi banding yang memicu semangat warga untuk restorasi/menghijaukan kembali kawasan hutan TNGM.

3) Tanya : Pamungkas (Balai Penelitian Kehutanan Solo)

  1. Apresiasi terhadap semangat pokja.
  2. Masalah sejarah Merapi, dahulu Merapi merupakan kawasan PerumPperhutani, bisa di cari informasi/data awal kawasan dari biro perencanaan di Perum Perhutani.
  3. Kesepakatan hasil bagi kayu dengan masyarakat. Sebelum masuk sebagai TNGM adalah hutan lindung, seharusnya tidak ada bagi hasil kayu namun bagi hasil non kayu, kecuali hutan produksi terbatas.
  4. Rencana aksi penanaman sudah ditentukan, diharapkan Infront mendampingi masyarakat mengenai pola tanam mengingat dari beberapa jenis yang akan ditanam memiliki karakteristik berbeda (habitus, toleran/intolrean) dan teknik silvikulturnya berbeda.

Jawab : Pak Darjo (Lurah)
Kesepakatan lisan bukan perjanjian tulis bahwa masyarakat boleh masuk wilayah hutan dan boleh menanam rumput jika menjaga pohon yang sudah ditanam. Penjarangan/pemanfaatan kayu dilakukan jika ada bencana saja misalnya angin kencang atau tanaman roboh.
Setelah erupsi dan angin kencang, banyak pohon tumbang terutama jenis Akasia decurens, masyarakat bingung apakah boleh dimanfaatkan karena sudah menjadi kawasan Taman Nasional.

Jawab : Pak Uyung
Sejarah kawasan jika di Perhutani ada data dan informasi akan kami manfaatkan.
Model tanam restorasi akan dicoba dengan berbagai perlakuan. Masing-masing jenis memiliki sifat berbeda untuk dikembangkan. Teknologi yang diterapkan bermacam-macam disiapkan, misalnya penanaman beberapa jenis dalam satu lubang dan lain-lain.

Jawab : Pak Amri dan Pak Ikhsan
Pola tanam di Mriyan rencana di hulu sungai ditanam dengan beringin, dadap yang dapat dimanfaatkan oleh lutung. Jenis tanaman Lo masih dalam tahap ujicoba. Layout rencana secara rinci belum ada namun sudah ada rencana.
Pola tanam 5x5m, dikanan kiri sungai beringin dan gayam, di tepi/batas dengan aren.

Tanggapan : Pak Darwidji
Targetnya tanaman hidup.

Tanggapan : Pak Darjo
Di Nagrong tipe lahan ada datar bisa dibuat petak. Ada ide untuk membentuk tulisan dari jenis tanaman yang ditanam.

Tanggapan : Pak Arief
Rencana di Ngablak ada jalur legume untuk konservasi tanah karena tutupan lahan masih berupa blantak.

Tanggapan : Pak Kuspriyadi (Kepala Balai TNGM)
Jika nabrak dengan pohon lain di geser saja lobang tanamnya. Di TN tidak patokan harus jarak sekian-sekian karena bukan hutan produksi.
Pohon yang rubuh pasca erupsi, belum ada kesimpulan atau keputusan dari forum (Pemda, Dishut, Kementerian Pusat), jika berdasarkan undang-undang tidak diperbolehkan, namun karena ini bencana alam bukan sendiri. Perlu ada identifikasi awal.
Kesepakatannya bukan menebang namun mengambil yang sudah roboh.
Jangan sampai ada suara-suara yang menyebutkan warga menebang,
Saat ini ribuan pohon yang roboh karena bencana namun belum ada keputusan apakah boleh memanfaatkan hal tersebut (keputusan dari diskusi forum).

4) Tanya : Pak Pur (Dinas Kehutanan Jawa Tengah)
Pokja bisa dikembangkan minimal masing-masing desa pasca eruspi karena Dishut Jateng juga sedang menyusun hal ini. Sangat diharapkan hasilnya yaitu pedoman rehabilitasi dan restorasi di TNGM pasca erupsi karena dishut jateng juga sedang meyusun hal ini dan membutuhkan ini.

5) Tanya : Purnama
Kerjasama antara Infront, Jica dan TNGM bagaimana?
Apakah kegiatan kerjasama untuk penanaman saja atau bagaimana? Misalnya untuk pembibitan dengan pelatihan. Dimungkinkan atau tidak jika dari desa lain ikut untuk berbagi ilmu?

Jawab : Pak Miyakawa
Kerjasama antar pemerintah (Kementerian Kehutanan dengan Jica) berdasarkan dokumen RoD.
Project site ada 5 yaitu TNGM, TNS, TNGC, TNMT, dan TNBTS yang memiliki ekosistem khas. Setelah 5 tahun.
Untuk kerjasama dengan Pemda, dasar kejasama pertama dengan Kementerian Kehutanan, setelah itu dibuat kerjasama dengan pemda.

Jawab : Infront
Infront kerjasama dengan Jica sebagai konsultan local. Dari departemen/TN dengan penunjukan counterpart, agar untuk sosisalisasi bisa lebih intersif ke masyarakat. Kegiatan restorasi bukan hanya untuk penanaman tapi peningkatan kapasitas.

6) Tanya : Pak Sumarsono
Terkait dengan project, apakah hanya sebagai demplot atau untuk perkembangan dalam skala luas?
Jika memang akan dikembangkan maka harus disesuaikan dengan lembaga lain.
Di Ngablak perlu perlakuan khusus karena top soilnya sudah tidak ada, namun biaya lebih rendah dibandingkan dengan Mriyan perlu dilihat lagi apakah biaya tersebut sudah dengan metode yang sesuai? Misalnya mengembangkan metode pressblock.

Jawab : Pak Miyakawa
Kegiatan project didasarkan pada RoD yang tertulis secara umum, ada kemungkinan untuk pemberdayaan masyarakat dan pembuatan pedoman restorasi di kawasan konservasi. Setelah akhir project maka pedoman selesai dibuat dan menjadi tanggung jawab Dirjen PHKA untuk menyebarkan pedoman tersebut kepada taman nasional lainnya dan melaksanakan kegiatan restorasi berdasarkan pedoman tersebut

Jawab : Pak Arief
Masing-masing plot memiliki permasalahan sendiri, jika dilihat secara ekosistem memang lebih sulit di Ngablak pembutan lubang mungkin 1 hari 15 lubang/org, namun karena akses di Mriyan lebih sulit akan mempengaruhi biaya angkut bibit dan pupuk diperkirakan sehari hanya sanggup 40kg/org.

Jawab : Pak Darwudji
Ngablak murah karena akses mudah dalam pencapaian lokasi, namun mahal di tutupan lahan berupa blantak sulit untuk pembuatan lubang tanam dan media tanam. Cara penanaman akan menggunakan pressblock. Setuju jika ada petak-petak yang akan mengadposi teknologi penanaman misalnya dengan uji coba pressblock.

7) Tanya : Ibu Puji
Mengenai pemberdayaan masyarakat bisa dengan pengembangan produksi wedang kuwuk dengan asal bahan dari kehutanan. Di Taman Nasional Meru Betiri produksi jamu dari hasil tanaman hutan (TOGA/tanaman obat keluarga). Namun yang perlu diperhatikan apakah tanaman tersebut asli dari dalam kawasan atau bukan.

Jawab : Pak Ikhsan
Tanaman kayu manis bisa meningkatkan sumberdaya ekonomi dan juga untuk obat. Pengalaman pribadi menggunakan akar kayu manis di campur dengan adas (Foeniculum spp.) untuk melegakan tenggorokan.

8) Tanya : Pak Pur
Iklim yang ekstrim apakah sudah ada antisipasi misalnya untuk tempat pembibitan agar ada naungan dari hujan deras.

Jawab : Pak Ihksan
Lokasi pembibitan sudah dipetimbangkan dekat sengan sumber air.

Tanggapan : Pak Pamungkas
Bisa menggunakan teknologi Washsoap untuk air.

Tanggapan : Ibu Titi
Apakah ada tempat transit bibit?

Tanggapan : Pak Uyung
Ada, dan dikarantina dulu bibit tersebut misalnya seminggu untuk habituasi. Lokasi penyimpanan bibit sudah masuk lokasi (dekat).
Tanggapan : Pak Arief
Penanaman tahun pertama masih uji coba, jenis apa yang bertahan.
Selain lubang tanam, ada juga pembuatan bidang tanam, misalnya 4x4 intensif dengan jarak antar bidang 20 meter.

9) Tambahan : Pak Asep
Restorasi tidak hanya tentang teknis saja namun juga pada keaslian jenis tanaman.
Hasil studi banding di Paliyan memiliki anggaran sosial yang cukup tinggi. Bagaimana menjaga semangat masyarakat agar tetap tinggi. Diharapkan tidak hanya sebagai buruh tanam. Untuk itu perlu pemberdayaan masyarakat.
Jenis pionir endemik di TNGM agak sulit ditemukan karena pengaruh erupsi, pola restorasi ke depan untuk mencari jenis yang diyakini asli tidak mudah.

Tangapan : Pak Dayan (desa Ngablak)
Konsentrasi di Srumbung karena kegiatan pertambangan. Dengan adanya restorasi di Srumbung, kegiatan pertambangan diharapkan hilang. Selain itu juga untuk perbaikan ekosistem.

Tanggapan : Pak Ikhsan
Untuk seluruh pokja, diharapkan dalam kegiatan penanaman harus memiliki niat yang bersih dan ikhlas.

7. Koordinasi Laporan dan Kegiatan

  1. Draft laporan akhir akan dilengkapi dengan rancangan aksi restorasi yang lebih rinci.
  2. Draft laporan akhir akan diberikan sebelum tanggal 31 Maret 2011 untuk dilakukan penilaian dari Dit KKBHL, BTNGM, dan JICA.
  3. Kontrak baru akan diinformasikan kembali apakah dengan penunjukan langsung kepada Infront atau dengan tender system.

8. Kesimpulan dan Saran

  1. Masyarakat anggota kelompok kerja restorasi di Ngablak dan Mriyan siap berpartisipasi aktif untuk mengembalikan ekosistem hutan di TNGM.
  2. Keinginan masyarakat untuk merehabilitasi atau merestorasi kawasan TNGM sangat tinggi, namun fokus masyarakat tidak hanya pada menanam melainkan memastikan tanaman yang ditanam hidup dan bertahan. Untuk itu masyarakat menilai dana untuk kegiatan penanaman harus disertai dengan dana pemeliharaan agar tanaman bisa hidup dan bertahan.

Photo

Photo


Photo

Photo


PAGE TOP

Copyright © Japan International Cooperation Agency