Japan International Cooperation Agency
Share
  • 日本語
  • English
  • Français
  • Espanol
  • Home
  • About JICA
  • News & Features
  • Countries & Regions
  • Our Work
  • Publications
  • Investor Relations

Project News

2011-03-24

Final Meeting di Taman Nasional Sembilang

1. Ruang Rapat Krakatau 3 Hotel Horison Palembang

2. Waktu : 24 Maret 2011

3. Tujuan : Pemaparan hasil kajian kegiatan proyek restorasi di TNS
Pemaparan rencana aksi kegiatan proyek restorasi di TNS tahun 2011-2012
Koordinasi laporan dengan Infront dan BTNS

4. Partisipan :

  • Bapak Murdoko (Kepala BPHM 2 Medan)
  • Bapak Sudarsono (Kepala Subag TU Balai TNS)
  • Bapak Ridwan Pambudi (Staf Balai TNS)
  • Bapak Entis S. Halimi (Ketua LPM Unsri)
  • Bapak Hideki Miyakawa (JICA Chief Advisor)
  • Bapak Darsono (JICA National Consultant)
  • Ibu Dieta Arbaranny K. (JICA Technical Assistant)
  • Tim Unsri (Pak Rujito, Pak Sarno, Pak Zia, dan Pak Munandar)
  • Dinas Kehutanan Sumatera Selatan
  • BKSDA Sumatera Selatan
  • BPDAS Musi, Palembang
  • KLH Provinsi Sumatera Selatan
  • Dinas Kelautan dan Perikanan
  • Kelompok Pemerhati Burung South Sumatera
  • Perwakilan masyarakat petambak (Pak Bahtera dan Pak Masrur)
  • dan lain-lain

5. Jadwal Perjalanan

TanggalHariKegiatanPenginapan
23/03/2011RabuPerjalanan Jakarta – PalembangHotel The Jayakarta Daira
24/03/2011KamisLocal Workshop dan Final Meeting kegiatan restorasi TNS di Hotel Horison Palembang 
24/03/2011Palembang – Jakarta

6. Notulensi Diskusi Pemaparan Hasil Kajian dan Rencana Aksi Restorasi

1) Tanya : Hadenli KLH provinsi Sumater Selatan
Lengkapi pemaparan dengan analisis, pemaparan yang disampaikan baru sebatas informasi, misalnya kualitas air di kondisi restorasi dan di mangrove bagus bedanya bagaimana, sehingga keliatan fungsi mangrove.
Pantai timur rusak karena tambak. Perlu nilai manfaat kegiatan restorasi bagi petambak, sehingga ingin melindungi restorasi.
Sebutan Zona 1 dan 2 kurang pas, sebaiknya dibuat blok. Zona harus ada pembeda yang pas, misalnya zona 100-500 m dari bibir pantai dan lain-lain. Selain itu agar tidak keliru dengan zonasi taman nasional.
Konsep capacity building, jika dilihat seharusnya yang ditingkatkan kapasitasnya adalah TNS dan masyarakat, pengembangan kapasitas internal TNS dan masyarakat, bagaimana capacity untuk masyarakat untuk mengubah dari petambak menjadi pekerja lain.
Membangun pembibitan mangrove local di Sumsel bisa menjadi merek dagang yang penting.

2) Tanya : Pak Septifitri (Dinas Kelautan dan Perikanan)
Terdapat 238 tambak yang kena restorasi. Perlu solusi untuk petambak untuk melanjutkan usaha. Kegiatan restorasi tapi harus sejalan dengan pengentasan kemiskinanan. Jika dimungkinkan, bagaimana jika tambak yang sudah ada disana dibuat keterangan, tambak yang sudah ada dibiarkan berjalan sementara sampai petambak mendapat mata pencaharian lain. Yang tidak punya surat keterangan harus ditegaskan.

3) Tanya : Pak Entis
Tahun pertama jangan sampai rehabilitasi 50 ha pada satu petambak yang kena semua. Belum melihat hal tersebut dalam rencana kerja.
Petambak memang illegal namun mereka masyarakat kita. Program terpadu mandiri, dibeberapa lokasi belum terisi dilapangan namun belum cek berdasarkan catatan (kadang tidak sesuai). Hal ini bisa menjadi solusi untuk menawarkan kepada petambak untuk mengikuti program tersebut. Program restorasi memang hanya 5 tahun, namun dalam jangka panjang petambak tetap harus keluar dari TNS untuk itu program terpadu mandiri bisa menjadi salah satu solusi. Menurut informasi, tidak semua petambak hanya bergantung pada tambak mereka.

4) Tanya : M. Iqbal (Kelompok Pengamatan Burung South Sumatra)
Keterlibatan masyarakat local penting, namun kelompok yang dilibatkan lebih banyak petambak dari luar jawa. Tidak melibatkan warga Sungsang.
Perlu kerjasama dengan kepala camat, lurah daerah disana untuk menghindari konflik. Daerah tersebut masuk kecamatan Banyuasin 2. Apakah sudah dilakukan?
Paper yang hendak dipresentasikan, di Sabah ada Asean Symposium pada bulan Juli, bisa di coba disana untuk mempresentasikan hasil kajian kegiatan ini.

5) Tanya : Pak Sutomo (Dishut Sumsel)
Permasalahan tambak udang, Taman nasional merupakan asset dunia. Keberadaan petambak udang merupakan masyarakat yang harus dibina, untuk TNS pengelolaan jangka panjang mungkin perlu di buat zona pemanfatan untuk dikelola masyarakat karena masyarakat juga asset. Karena tambak sukses jika ada mangrove. Jenis yang perlu dikembangkan untuk restorasi usahakan dari jenis asli.

6) Tanya : Pak Setio
Belum ada kaitan dengan tata ruang penunjukan TNS. Berdasarkan green belt hanya 750 meter, dikhawatirkan peresepsi masyarakat lebih dari 750 meter boleh dijadikan tambak.
Perlu kajian lebih dalam, selain memperhatikan ekosistem juga harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Kelestarian hutan tidak lepas dari kesejahteraan masyarakat.
Penanaman, jenis mangrove terkait dengan kecepatan pertumbuhan. Jarak tanam, apakah mungkin di tambak yang tumbuh alami dengan jarak lebih lebar. Selain itu jangan terpaku dengan jarak tanam yang sudah ada, jadi bersifat pengkayaan.
Masalah alih fungsi, kayu bagan, dan abrasi air laut. Saat ini kebutuhan kayu untuk arang sangat tinggi. Kayu mangrove memiliki kualitas tinggi untuk arang. Dikhawatirkan diambil oleh orang lain dengan dana besar. Mohon ada kajian tentan pencurian kayu.

7) Tanya : Pak Murdoko (Kepala BPHM 2 Medan)
Judul restorasi akan dibangun dengan berbagai model sampai 2014, namun dari paparan belum di sampaikan.
Tampilan kesuburan tanah, kadar kesuburan mangrove berapa? Di lokasi bagaimana keadaannya? Kalau belum subur ada saran apa?
Berdasarkan pengalaman di Lampung Timur, jenis api-api tidak perlu diusik, hanya perlu dijaga, bahkan api-api dapat membuat daratan 5-10 meter per tahun. Indonesia sangat luas namun masyarakat kekurangan lahan. Diharapkan program kb digemborkan.
Tiap provinsi membangun kelompok kerja mangrove daerah. Sumsel belum dilakukan, Sumsel merupakan wilayah dengan mangrove terluas mencapai 1juta Ha lebih.
Hama, di Sumut membangun model gagal karena hama. Pertama kerana pemilihan jenis, harus ikuti dengan alam namun kadang manusia memilih jenis yang mudah ditanam saja. Memilih jenis harus mengacu pada hukum alam.
Jadwal pekerjaan harus memperhatikan musim buah. Karena musim berbuah mangrove di tiap wilayah berbeda-beda.
Teknik pemungutan benih, di TNS diinformasikan habitat untuk buaya oleh karena harus hati-hati.
Parit di ex tambak, tanggul harus dibuka.
Goal international sangat bagus terkait dengan isu saat ini global warming dan lain-lain. Bisa ditonjolkan kemampuan penyerapan karbon mangrove di TNS.
Wisata alam, wisatawan asing sangat tertarik dengan wisata alam. Sumsel tidak bisa sendiri bisa bekerja sama dengan TNWK, TN Berbak dan lain-lain yang sudah terkenal sehinga pengemasan wisata lebih menarik.
Teknik penanaman, untuk mengantisipasi tritip, tanam dalam satu lubang 1 propoagul dan 1 bibit, agar satu mati dan satunya tumbuh. Jika berhasil, biaya ke depannya akan lebih murah.
Komponen keamanan, jgn sampai yang sudah ditanam dirusak.
Silvikultur hutan mangrove menurut SK Dirjen Kehutanan tahun 1978, disampaikan kepada HTI.
Kelembagaan tri partied, belum disebutkan pemerintah kabupaten dan masyarakat local. Di Lampung, perguruan tinggi, kabupaten, masyarakat. Jika JICA sudah beres, harus ada siasat agar kelembagaan tetap terjaga.
Kompromi bagi keluarga yang tambaknya habis untuk restorasi, perlu solusi, misalnya dengan silvofishery,
Peta sebaran 238 ha hanya di tambak (tidak di sungai, tanggul) jika dimungkinkan bisa dilakukan bagus untuk pengamanan pantai dan lain-lain.

8) Tanya : Pak Didi (FMIPA Unsri)
Publikasi, ada seminar nasional MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) pada bulan Mei 2011, mohon dikirim makalahnya.
Penambahan daratan regresi air laut, jika bisa ditampilkan data citra satelit dari tahun ke tahun.

9) Tanya : Ibu Sabriani (BKSDA Sumsel)
Hasilnya pedoman restorasi mangrove, diharapkan pedoman sampai penanaman, harap target untuk hidup masukan kegiatan pemeliharaan. Tanggung jawab sampai hidup oleh siapa?
Budidaya mangrove bisa dengan kelompok di sana. Permintaan bibit mangrove tinggi.

10) Tanya : Ibu Nita (BDPAS Musi)
Plotting agenda kerja selama 4 tahun, goal, prioritas dan lain-lain.
Data citra satelit tahun berapa?
Pola apa yang akan ditawarkan untuk mengatasi tambak.
Karena restorasi metode tidak harus penanaman.
Pembibitan dan capacity, bisa merangkul masyarakat untuk berdikari membuat persemaian mangrove.
BPDAS Musi diamanatkan oleh Kemenhut untuk menyusun RHL di ekosistem mangrove dan sepadan pantai. Saat ini memiliki sistem RHL berjenjang RTK, RTH, dll. Mohon share informasi. Saat ini sedang pengesahan, belum disosialisasikan.

11) Tanya : Pak Gustiar (Dinas Kehutanan dan Perkebunan)
Wilayah restorasi berada di zona rehabilitasi TN, dibelakangnya baru zona pemanfataan. Mungkin bisa dibuat silvofishery untuk petambak.
Hutan lindung di Semenanjung Banyuasin rusak karena abrasi. Perlu teknologi restorasi mangrove yang langsung berhadapan dengan laut lepas.

JAWABAN DAN TANGGAPAN

1) Pak Rujito
Sebutan bukan zonasi tapi diubah menjadi blok.
Pembibitan oleh masyarakat namun didalam kawasan perlu dikaji terkait pada peraturan TN boleh tidak menjual bibit.
Pengosongan lahan tambak untuk wilayah restorasi terdapat beberapa pilihan diantaranya, langsung di kosongkan semua atau dengan pengosongan bertahap.
Kedepan akan melibatkan masyarakat namun memang lokasi mangrove sangat terisolasi.
Penjadwalan belum dapat informasi yang cukup, dari luar daerah sudah ada namun yang spesifisik local belum ada.
Program restorasi JICA ada kegiatan pemeliharaan, jika proyek beres, diharapkan ada proyek lanjutan untuk pemeliharaannya.
Saat ini sudah ada kartu kendali bagi petambak di TNS.
Terima kasih atas sarannya.

2) Pak Zia
Citra yang digunakan yaitu Citra spot 2, karena Landsat sudah banyak strip.
Pernah dilakukan kegiatan oleh LPM Unsri penanaman 500 bibit, berhasil.
3) Pak Sudarsono TNS
Pengelolaan TN berdasarkan zonasi (inti, rimba, khusus, pemanfatan dll). Dalam penanaman harus menggunakan endemic spesies, tidak boleh dari luar TNS.
Pemanfaatan di TNS hanya pemanfaatan terbatas misalnya ekowisata. Tidak dibenarkan perubahan bentang alam.

4) Pak Bahtera (masyarakat)
Pak Zia menanam 200 bibit berhasil 95% di belakang rumah saya.
Penanaman propagul di tanah kering keberhasilan akan rendah, sebaiknya pada tanah lembab (selalu basah).
Berdasarkan pengalaman pak Masrur, menanam di dalam tambak, mangrove bisa hidup.
Tidak perlu mengusir petambak, tapi kami bersedia menanam di dalam tambak. Berani bertanggung jawab jika tanaman mati.

5) Pak Darsono JICA
Kegiatan ini adalah uji coba restorasi untuk membuat pedoman restorasi. Sudah disusun pedoman berdasakan kegiatan di Jepang, namun belum lengkap dan ada beberapa yang tidak cocok untuk di mangrove. Saat ini akan membuat pedoman awal yang akan di verifikasi selama 4 tahun terakhir selanjuta menjadi pedoman akhir.
Dalam draft pedoman, belum rinci terpetakan plot-plot berdasarkan metodenya. Jika sudah dipetakan termasuk jenis-jenis apa yang akan ditanam hal tersebut bisa menjadi bahan pembelajaran.
Survey vegetasi tidak menyinggung satwaliar, kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan satwaliar ke habitat asli. Bisa meminta kepada BTNS untuk data satwaliar. Penting untuk mengetahui peran satwaliar bagi ekosistem. Selain itu untuk potensi ekowisata.
Seperti yang pernah dilakukan di hutan bekas illegal logging bisa dibina untuk desa wisata.

6) Pak Miyakawa
Tujuan proyek adalah pedoman restorasi dan pemberdayaan masyarakat dan staf TN. Hasil penanaman bukan menjadi tujuan akhir, namun yang penting adalah teknik dan peningkatan kapasitas. Jika berhasil bisa diperluas pada lain waktu/proyek.
Jika pun hasil restorasi gagal, hal ini akan menjadi catatan dalam pedoman. Tahun 2011 untuk implementasi akan melalui kontrak dengan konsultan dengan beberapa kegiatan seperti pembibitan, penanaman, pelatihan dan lain-lain.
JICA sudah menyiapkan bantuan fasilitas untuk TNS salah satunya berupa speed boat satu buah untuk memudahkan akses.

7) Pak Entis
Unsri akan melaksanakan rehabilitasi dengan plot yang tidak terlalu luas mendahului program yang dari JICA untuk mengetahui hasil terlebih dahulu, jika gagal diharapkan untuk pembelajaran bagi plot restorasi JICA.

7. Koordinasi Laporan dan Kegiatan

  1. Laporan akhir akan dilengkapi dengan rancangan aksi restorasi yang lebih rinci.
  2. Draft laporan akhir akan diberikan sebelum tanggal 31 Maret 2011 untuk dilakukan penilaian dari Dit KKBHL, BTNGM, dan JICA.
  3. Kontrak baru akan diinformasikan kembali apakah dengan penunjukan langsung kepada Unsri atau dengan tender system.
  4. Pak Entis menekankan pada peran Unsri untuk masyarakat petambak terutama pada 34 KK petambak yang cepat atau lambat harus keluar dari TNS. Perlu form data keluarga yang dilengkapi dengan foto. Masalah yang dihadapi, kemana petambak harus dipindahkan. Kalau hanya sekedar pelatihan saja tidak cukup.
  5. Informasi dari Pak Rujito :
    • Rata-rata petambak yang ada di TNS memiliki rumah di Palembang dan/atau di Kampung halamannya. Sepertinya mereka tidak tertarik untuk ikut program Rumah Mandiri.
    • Pada dasarnya jika petambak dibiarkan saja sampai produktivitas tambak menurun, mereka pada akhirnya akan keluar dari kawasan, namun idealisme tetap diperlukan.
    • TN sudah memiliki kartu kendali petambak yang ada di dalam kawasan.

8. Kesimpulan dan Saran

  1. Para pihak dan masyarakat petambak mendukung kegiatan restorasi di TNS yang berada di jalur greenbelt.
  2. Masyarakat petambak mengharapkan mereka masih bisa melakukan aktivitas tambak di dalam kawasan TN dengan sistem silvofishery.
  3. Proyek khususnya TNS perlu memperhatikan nasib petambak yang akan keluar dari dalam kawasan TNS.

Photo

Photo


Photo

Photo


PAGE TOP

Copyright © Japan International Cooperation Agency