2012-05-11
Hari/Tanggal: Kamis/12 Mei 2011
Tempa: Yasmin Room, lantai 3, Hotel Menara Peninsula, Jakarta
Waktu: 09.00 – 13.00 WIB
Daftar Hadir: Terlampir
Agenda:
Waktu | Acara | Pembicara/Narasumber |
---|---|---|
09.00-09.45 | Registrasi | |
09.45-09.50 | Pembacaan agenda rapat | Pembawa acara: Ibu Mudi Yuliani, SP. |
09.50-10.00 | Sambutan I | Kepala Kantor Perwakilan JICA Indonesia: Mr. ISHIGURO, MSc. |
10.00-10.10 | Sambutan II | Atase Kedutaan Besar Jepang di Indonesia: Mr. Yusuke HIBINO, M.Sc. |
10.10-10.30 | Sambutan III | Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA: Bpk Ir. Hartono, M.Sc. |
10.30-10.50 | Cofee break | |
10.50-11.05 | Paparan mengenai kemajuan proyek tahun anggaran 2010 | Chief Advisor Project: Mr. Hideki MIYAKAWA, M.Sc. |
11.05-11.15 | Paparan kemajuan kegiatan proyek di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru | Kepala Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru: Bpk drh. Kuppin Simbolon, M.Sc. |
11.15-11.25 | Paparan kemajuan kegiatan proyek di Taman Nasional Sembilang | Kepala Balai Taman Nasional Sembilang: Bpk Ir.Tatang, MM |
11.25-11.35 | Paparan kemajuan kegiatan proyek di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru | Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Smeru: Bpk. Ir. Sutrisno S, MM. |
11.35-11.45 | Paparan kemajuan kegiatan proyek di Taman Nasional Gunung Merapi | Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi: Bpk Ir.Kuspriyadi Sulistyo,MP |
11.45-11.55 | Paparan kemajuan kegiatan proyek di Taman Nasional Gunung Ciremei | Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai: Bpk Ir.Kurung, MM. |
11.55-13.00 | Diskusi dan Kesimpulan | Moderator: Bpk Agoes Sriyanto, M.Sc |
13.00-13.10 | Penutupan | Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA: Bpk Ir. Hartono, M.Sc. |
SAMBUTAN
SAMBUTAN I:
Kepala Kantor Perwakilan JICA Indonesia: Mr. ISHIGUROM
Indonesia memiliki hutan tropis terbesar ke-3 di dunia, namun Indonesia juga mengalami kehilangan hutannya 1,8 juta Ha/tahun sejak tahun 2005. Banyak program rehabilitasi yang dilakukan di Indonesia dibawah Kementrian Kehutanan. Fokus dari proyek ini adalah membuat pedoman untuk restorasi di hutan yang rusak, khususnya di kawasan konservasi. Proyek ini dirancang untuk waktu lima tahun. Saat ini proyek sudah memasuki tahun kedua. Proyek ini merupakan program yang menantang dan menarik karena benar-benar baru dan merupakan mandat dari Kementrian Kehutanan.
Tahun lalu proyek ini telah berhasil mengundang pendanaan lokal dari Jepang untuk restorasi ekosistem. Mereka PT. Yamaha Musik melalui CSR (=Corporate social responsibility) sangat tertarik untuk investasi dalam kegiatan restorasi ekosistem. Hal ini merupakan awal yang baik dan perlu dilanjutkan. Kerjasama Taman Nasional dengan komite proyek merupakan tantangan untuk kemajuan proyek di lapangan yang sudah direncanakan tahun sebelumnya. Diharapkan rapat ini berguna untuk membahas kemajuan proyek dan langkah selanjutnya.
SAMBUTAN II:
Atase Kedutaan Besar Jepang di Indonesia: Mr. Yusuke HIBINO
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Bagaimanapun hutan ini mengalami degradasi 1,8 juta Ha/tahun. Indonesia memiliki 50 Taman Nasional, Proyek ini adalah untuk membangun kapasitas restorasi ekosistem di area konservasi seperti Taman Nasional, melalui pembuatan pedoman restorasi ekosistem.
Ada kerjasama antara masyarakat Indonesia dengan Jepang sebagai donor dalam proyek ini, dan hubungan yang baik tersebut akan bisa membuat Indonesia menjadi maju. Diharapkan dalam proyek ini bisa berhasil tidak hanya di Taman Nasional tapi juga di seluruh Indonesia.
SAMBUTAN III:
Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA: Bapak Ir. Hartono
Taman Nasional tahun ini diwajibkan untuk melakukan rehabilitasi dan restorasi di wilayah kerja masing-masing. Aspek teknis belum banyak kita kuasai terkait dengan restorasi di area konservasi, berterima kasih ke JICA atas proyek ini, sehingga pedoman restorasi ekosistem di kawasan konservasi dapat terlaksana, minimal di lima Taman Nasional.
Upaya pemulihan kawasan hutan merupakan komitmen bersama dan merupakan program besar Kementrian Kehutanan baik rehabilitasi hutan dan lahan ataupun restorasi ekosistem pada hutan konservasi. Dari tahun 2003 kita melakukan rehabilitasi besar-besaran untuk kawasan hutan dan daerah aliran sungai karena kerusakan dan degradasi hutan yang memprihatinkan. Banyak kegiatan yang dilakukan dari tahun 2005 hingga 2011, dan rehabilitasi hutan seluas 100.000 Ha difokuskan pada kawasan konservasi.
Kawasan konservasi merupakan benteng terakhir dari hutan yang kita miliki. Saat ini kerusakan di kawasan konservasi sudah mencapai 0,5 juta Ha. Restorasi dalam konteks ekosistem untuk mengembalikan kondisi habitat dan keanekaragaman ke keadaan semula. Rehabilitasi di kawasan konservasi berbeda dengan kawasan hutan produksi maupun hutan lindung.
Restorasi merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan di area konservasi karena kawasan konservasi merupakan sistem penyangga kehidupan. Restorasi sebagai solusi alternatif untuk mengatasi kerusakan kawasan konservasi. Restorasi tidak hanya sekedar tanam-menanam, tetapi bagaimana mengambalikan kondisi keanekaragaman hayati menyerupai kondisi asalnya.
Terimakasih kepada JICA yang memfasilitasi sehingga kita bisa mendapatkan pedoman untuk restorasi. Keterlibatan berbagai pihak dalam kegiatan restorasi sangat dimungkinkan termasuk kerjasama dengan pemerintahan Jepang melalui JICA. Pengalaman kerjasama restorasi dengan Jepang di berbagai tempat memberikan gambaran keseriusan dalam melakukan kegiatan ini. Beberapa site yang sudah diekspos di Kementrian Kehutanan yang dilakukan oleh JICA sehingga restorasi akan dijadikan model untuk restorasi tahun-tahun yang akan datang.
Kegiatan JICA yang tercantum dalam Restoration of Ecosystema in Conservation Areas dicoba untuk direplikasi di lima site. Taman Nasional Sembilang mewakili restorasi ekosistem mangrove, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mewakili restorasi ekosistem danau, Taman Nasional Gunung Ciremai mewakili restorasi ekosistem hutan pegunungan, Taman Nasional Manupeu Tanah Daru mewakili ekosistem lahan kering, dan Taman Nasional Gunung Merapi mewakili restorasi ekosistem kawasan konservasi pasca bencana. Salah satu keluaran dari proyek ini adalah kajian, peraturan pedoman rehabilitasi/restorasi serta penyusunan draf pedoman restorasi di kawasan konservasi.
Harapan pedoman restorasi segera diselesaikan, terkait lokasi ujicoba yang diteliti menjadi bahan penyempurnaan pedoman. kapasitas dari stakeholder diharapkan juga dapat meningkat, dan pelaksanaan restorasi di lima site dapat dilaksanakan secara baik dan proyek ini sebagai proyek percontohan untuk pelaksanaan restorasi ekosistem. kelima site ini akan ditreatment secara khusus sebagai model dan final project bagaimana merestorasi kawasan konservasi.
PAPARAN PRESENTASI KEMAJUAN PROYEK
Paparan ini ditekankan pada poin-poin terpenting yang harus menjadi perhatian dan perlu dipertimbangan untuk diputuskan untuk keberhasilan pelaksanaan proyek tahun 2011:
PAPARAN KEMAJUAN PROYEK RESTORASI TAHUN 2010
PAPARAN KEMAJUAN PROYEK DI TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU
PAPARAN KEMAJUAN PROYEK DI TAMAN NASIONAL SEMBILANG
PAPARAN KEMAJUAN PROYEK DI TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
PAPARAN KEMAJUAN PROYEK DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
PAPARAN KEMAJUAN PROYEK DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI
TANGGAPAN dan DISKUSI
Bpk. Hartono (Sekretaris Ditjen PHKA)
Dari lima site yang dipilih saya memiliki optimisme bahwa tahun 2014 kita punya pedoman/guideline bagaimana kita melakukan restorasi ekosistem di kawasan konservasi. Tahun ini masih menggunakan pola RLPS.
Untuk restorasi ekosistem diperlukan persiapan dan langkah-langkah yang sistematis sehingga hasil yang didapatkan tidak meninggalkan atribut asli sebagai kawasan konservasi. Ketika kawasan konservasi rusak dan harus diperbaiki dengan metodologi yang tidak tepat akan mengurangi relevansi sebagai kawasan konservasi tersebut, walaupun tetap sebagai hutan tetapi bukan sebagai kawasan konservasi, maka ini yang perlu kita pedomani dan pegang secara hati-hati.
Untuk Taman Nasional Manupeu Tanah Daru ada tiga pola yang akan dicoba penerapannya yaitu natural regeneration, enrichment planting dan planting. Jangan lupa dokumentasinya agar dapat membuat guideline yang lengkap, sehingga kita tahu kapan harus membiarkan satu kawasan yang rusak dengan regenerasi alam, kapan dengan enrichment, dan kapan dengan planting.
Ketika kita melakukan rehabilitasi pada kawasan hutan yang rusak, solusinya tidak terlalu jauh dari penyebab kerusakan. Contohnya di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru perlu diketahui penyebab awal dari kerusakan apakah karena pengembalaan. Sama halnya dengan Taman Nasional Sembilang, kawasan yang sudah rusak jadi tambak maka bisakah mengkombinasikan antara keberadaan petambak dengan kegiatan restorasi?. Jika aspek sosial bisa diakomodasikan maka kegiatan tidak akan sulit untuk pengelolaan ekosistem. Bagaimana mengintegrasikan masyarakat disekitarnya menjadi satu kesatuan ekosistem yang berkelanjutan. Saya mendukung kegiatan yang melibatkan pengelolaan land use di sekitar Ranu Pani dan Ranu Regulo, sehingga upaya-upaya pelestarian bisa dilakukan dalam jangka panjang. Untuk Taman Nasional Gunung Merapi menjadi satu-satunya tipologi restorasi yang terjadi karena bencana alam. Kita mengidentifikasi berapa luasannya restorasi yang disebabkan oleh bencana alam. Meskipun dari sisi teknis dan sosial agak berat namun dari pengalaman di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi merupakan informasi yang sangat penting. Dalam proyek ini bukan hanya hasil fisik namun yang lebih penting adalah peningkatan kapasitas, pelibatan stakeholders dan dokumentasi teknik dan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama restorasi.
Mr. Hibino (Atase Kedutaan Besar Jepang)
Semua presentasi sangat berguna terutama untuk memahami bagaimana proyek ini dilaksanakan. Proyek ini memiliki kemajuan yang bagus. Kegiatan dalam proyek ini bukanlah hal yang mudah dilakukan, karena adanya perbedaan lokasi. Namun penemuan metode yang baik agar dapat melakukan restorasi di kawasan konservasi sehingga kawasan yang rusak tersebut dapat pulih seperti kondisi semula.
Ibu Rika Novida (Perwakilan Kantor JICA Indonesia)
Tahun ini kerjasama lintas kelembagaan perlu dikuatkan dan ditingkatkan. Kami berharap agar masing-masing lembaga yang berbeda dapat mendukung output dari proyek dalam pembuatan pedoman restorasi yang dapat digunakan untuk lingkup nasional. Hal terpenting adalah ownership dari pihak Indonesia untuk keberlanjutan proyek, sehingga timbul kesadaran dari berbagai pihak. Saat ini kemajuan dari proyek sudah terlihat, mudah-mudahan tidak ada halangan kedepan.
Bpk. Joko Tulodo (KTLN Sekretariat Negara)
Melihat berbagai presentasi sudah banyak pencapaian yang signifikan, walaupun ada kekurangan-kekurangan namun kami yakin akan menuju ke arah yang lebih baik. Faktor sosial ekonomi sangat penting untuk diperhatikan, karena pada akhirnya kegiatan restorasi ini juga akan dirasakan oleh masyarakat sekitar. Dukungan dari JICA sebagai mitra tidak hanya dari sisi teknis namun juga dari sisi sosial ekonomis.
Bpk. Hendra Gunawan (Pusat Litbang Hutan dan Konservasi)
Saya memberikan apresiasi terhadap proyek restorasi ini, Puslitbang Hutan dan Konservasi telah melakukan penelitian restorasi sejak tahun 2007 yang dilakukan di Taman Nasional Gunung Ciremai. Hasil penelitian sudah bisa di seminarkan, namun ada keterbatasan anggaran.
Tahun ini ada rencana untuk mengadakan seminar hasil penelitian di Taman Nasional Gunung Ciremai dengan dikolaborasikan atau disinergikan dengan kegiatan JICA. Meskipun berada dari perspektif yang berbeda, namun tujuannya sama, sehingga didapatkan pedoman yang lebih baik. Tahun ini anggaran disiminasi dari Puslitbang Hutan dan Konservasi sebesar enam puluh Juta rupiah, apakah dari JICA ada kemungkinan bekerja sama sharing dana untuk menyelenggarakan workshop atau seminar tersebut yang didalamnya mendiseminasikan hasil dari Puslitbanghutkon ataupun konteks dari JICA. Seminar rencananya akan diadakan pada bulan Juni atau Juli tahun 2011.
Untuk Taman Nasional Gunung Merapi ada dua proposal yang di-improve dalam rangka penanganan Gunung Merapi pasca erupsi. Proposal yang pertama adalah manajemen populasi dan habitat satwa pasca erupsi, dan yang kedua mengenai suksesi alam pasca erupsi, bagaimana menstimulus suksesi agar lebih cepat. Puslitbanghutkon hanya melakukan riset bukan kegiatan fisik, sedangkan taman nasional melakukan kegiatan fisik namun tidak melakukan riset, sehingga perlu berkolaborasi.
Jika pihak JICA memerlukan kerjasama untuk riset, di Puslitbanghutkon tersedia sumberdaya manusia di bidang silvikultur, teknik rehabilitasi, konservasi hutan dan sosial ekonomi.
Bpk. Mochammad Asari (Pusat KLN Kementrian Kehutanan)
Proyek ini merupakan proyek yang sangat aktif. Diharapkan Training di Jepang dapat ditambah.
Kenapa proyek JICA kalau mendatangkan expert selalu menggunakan Form A1, padahal kita sudah mempunyai RoD MoF-JICA, sehingga pada waktu pengurusan perpanjangan izin kerja Chief advisor memerlukan waktu pengurusannya lebih panjang dari semestinya.
Bpk Gatot Soebiantoro (Direktorat KKBHL Ditjen PHKA)
Kegiatan masyarakat yang berada diatas danau merupakan penyebab pokok terhadap sedimentasi di kawasan Ranu Pani dan Ranu Regulo.
Administrasi pengadaan peralatan akan diproses di Ditjen PHKA Jakarta.
Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru ada kegiatan yang agak lepas yaitu berkaitan dengan kebakaran, sebaiknya hal ini dikomunikasikan dengan Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan Ditjen PHKA.
Mr. Miyakawa (JICA-PCBRECA)
Terima kasih telah memberikan komentar terhadap proyek ini. Proyek ini adalah proyek uji coba restorasi dengan berbagai pola seperti natural regeneration, enrichment palanting dan planting, dan juga dengan berbagai metoda tanam seperti jarak tanam dan sebagainya. jika hasil gagal tidak apa-apa karena fokus kegiatan ini adalah membuat pedoman restorasi.
Untuk restorasi mangrove sudah ada pedoman berdasarkan proyek di Bali, akan tetapi kondisi iklim dan vegetasi antara Bali dan Sembilang berbeda sehingga pedoman dapat dimodifikasi sesuai kondisi alami.
Satu hal yang penting juga adalah lokal resources person sebagai national expert dan national consultant, jika ada resources person di daerah mohon diinformasikan untuk dipekerjakan sebagai expert. JICA mendukung kegiatan workshop yang akan dilaksanakan Puslitbang Hutan dan Konservasi, dan JICA bisa kerjasama atau kolaborasi dengan Puslitbang Hutan dan Konservasi.
Proyek Restorasi ekosistem ini adalah kerjasama teknis bukan hibah, karena ini kerjasama teknis maka perlu kesediaan kedua belah pihak baik dari Kementerian Kehutanan dalam hal ini Direktorat KKBHL maupun JICA dalam hal anggaran, terutama counterbudget dari Kementrian Kehutanan.
Bpk. Tatang (Kepala Balai Taman Nasional Sembilang)
Terkait metode penanaman, yang ingin kami sampaikan tidak hanya cara penanaman yang dicarikan solusinya namun yang lebih penting adalah metode atau pola restorasi yang dapat memberikan peran dan manfaat bagi para petambak di Taman Nasional Sembilang.
Bpk Gatot Soebiantoro (Direktorat KKBHL Ditjen PHKA)
Pihak konsultan harus mengetahui metode penanganan sosial dalam hal ini masyarakat petambak yang ada di Taman Nasional Sembilang, sehingga perlu dibicarakan lebih lanjut.
Bpk Heru (Pusat KTLN Sektjen Kementerian Kehutanan)
Terima kasih atas pengiriman banner (spanduk) ke Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo untuk promosi pembangunan kehutanan indonesia khususnya konservasi alam.
KESIMPULAN
PENUTUP
Kegiatan restorasi merupakakn kegiatan yang penting terkait pengelolaan kawasan konservasi. Kawasan yang sudah terdegradasi untuk segera direhabilitasi dan direstorasi sehingga kawasan tersebut dapat kembali ke keadaan semula sebagai sumber plasma nutfah yang tersisa di Indonesia. Lima tempat uji coba restorasi ini diharapkan dapat menjadi pilot project untuk menghasilkan pedoman tehnis restorasi ekosistem, sehingga dapat dipergunakan sebagai referensi/acuan untuk restorasi kawasan konservasi lainnya.
Notulis: Desitarani,S.Hut (JICA Technical Assistant)
DOKUMENTASI KEGIATAN JCC MEETING TAHUN 2011
Pembukaan JCC Meeting
Pembukaan JCC Meeting
Sesi Diskusi dan tanggapan
Presentasi dari salah satu project site
Sesi Diskusi dan tanggapan
Sesi Foto Bersama