Japan International Cooperation Agency
Share
  • 日本語
  • English
  • Français
  • Espanol
  • Home
  • About JICA
  • News & Features
  • Countries & Regions
  • Our Work
  • Publications
  • Investor Relations

Project News

2012-05-11

Minutes of Meeting Joint Coordinating Committee for Project on Capacity Building for Restoration of Ecosystems in Conservation Areas, May 2011

Hari/Tanggal: Kamis/12 Mei 2011
Tempa: Yasmin Room, lantai 3, Hotel Menara Peninsula, Jakarta
Waktu: 09.00 – 13.00 WIB
Daftar Hadir: Terlampir

Agenda:

WaktuAcaraPembicara/Narasumber
09.00-09.45Registrasi 
09.45-09.50Pembacaan agenda rapatPembawa acara: Ibu Mudi Yuliani, SP.
09.50-10.00Sambutan IKepala Kantor Perwakilan JICA Indonesia: Mr. ISHIGURO, MSc.
10.00-10.10Sambutan IIAtase Kedutaan Besar Jepang di Indonesia: Mr. Yusuke HIBINO, M.Sc.
10.10-10.30Sambutan IIISekretaris Direktorat Jenderal PHKA:
Bpk Ir. Hartono, M.Sc.
10.30-10.50Cofee break 
10.50-11.05Paparan mengenai kemajuan proyek tahun anggaran 2010Chief Advisor Project:
Mr. Hideki MIYAKAWA, M.Sc.
11.05-11.15Paparan kemajuan kegiatan proyek di Taman Nasional Manupeu Tanah DaruKepala Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru:
Bpk drh. Kuppin Simbolon, M.Sc.
11.15-11.25Paparan kemajuan kegiatan proyek di Taman Nasional SembilangKepala Balai Taman Nasional Sembilang:
Bpk Ir.Tatang, MM
11.25-11.35Paparan kemajuan kegiatan proyek di Taman Nasional Bromo Tengger SemeruKepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Smeru:
Bpk. Ir. Sutrisno S, MM.
11.35-11.45Paparan kemajuan kegiatan proyek di Taman Nasional Gunung MerapiKepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi:
Bpk Ir.Kuspriyadi Sulistyo,MP
11.45-11.55Paparan kemajuan kegiatan proyek di Taman Nasional Gunung CiremeiKepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai:
Bpk Ir.Kurung, MM.
11.55-13.00Diskusi dan KesimpulanModerator: Bpk Agoes Sriyanto, M.Sc
13.00-13.10PenutupanSekretaris Direktorat Jenderal PHKA:
Bpk Ir. Hartono, M.Sc.

SAMBUTAN

SAMBUTAN I:
Kepala Kantor Perwakilan JICA Indonesia: Mr. ISHIGUROM

Indonesia memiliki hutan tropis terbesar ke-3 di dunia, namun Indonesia juga mengalami kehilangan hutannya 1,8 juta Ha/tahun sejak tahun 2005. Banyak program rehabilitasi yang dilakukan di Indonesia dibawah Kementrian Kehutanan. Fokus dari proyek ini adalah membuat pedoman untuk restorasi di hutan yang rusak, khususnya di kawasan konservasi. Proyek ini dirancang untuk waktu lima tahun. Saat ini proyek sudah memasuki tahun kedua. Proyek ini merupakan program yang menantang dan menarik karena benar-benar baru dan merupakan mandat dari Kementrian Kehutanan.

Tahun lalu proyek ini telah berhasil mengundang pendanaan lokal dari Jepang untuk restorasi ekosistem. Mereka PT. Yamaha Musik melalui CSR (=Corporate social responsibility) sangat tertarik untuk investasi dalam kegiatan restorasi ekosistem. Hal ini merupakan awal yang baik dan perlu dilanjutkan. Kerjasama Taman Nasional dengan komite proyek merupakan tantangan untuk kemajuan proyek di lapangan yang sudah direncanakan tahun sebelumnya. Diharapkan rapat ini berguna untuk membahas kemajuan proyek dan langkah selanjutnya.

SAMBUTAN II:
Atase Kedutaan Besar Jepang di Indonesia: Mr. Yusuke HIBINO

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Bagaimanapun hutan ini mengalami degradasi 1,8 juta Ha/tahun. Indonesia memiliki 50 Taman Nasional, Proyek ini adalah untuk membangun kapasitas restorasi ekosistem di area konservasi seperti Taman Nasional, melalui pembuatan pedoman restorasi ekosistem.

Ada kerjasama antara masyarakat Indonesia dengan Jepang sebagai donor dalam proyek ini, dan hubungan yang baik tersebut akan bisa membuat Indonesia menjadi maju. Diharapkan dalam proyek ini bisa berhasil tidak hanya di Taman Nasional tapi juga di seluruh Indonesia.

PAGE TOP

SAMBUTAN III:
Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA: Bapak Ir. Hartono

Taman Nasional tahun ini diwajibkan untuk melakukan rehabilitasi dan restorasi di wilayah kerja masing-masing. Aspek teknis belum banyak kita kuasai terkait dengan restorasi di area konservasi, berterima kasih ke JICA atas proyek ini, sehingga pedoman restorasi ekosistem di kawasan konservasi dapat terlaksana, minimal di lima Taman Nasional.

Upaya pemulihan kawasan hutan merupakan komitmen bersama dan merupakan program besar Kementrian Kehutanan baik rehabilitasi hutan dan lahan ataupun restorasi ekosistem pada hutan konservasi. Dari tahun 2003 kita melakukan rehabilitasi besar-besaran untuk kawasan hutan dan daerah aliran sungai karena kerusakan dan degradasi hutan yang memprihatinkan. Banyak kegiatan yang dilakukan dari tahun 2005 hingga 2011, dan rehabilitasi hutan seluas 100.000 Ha difokuskan pada kawasan konservasi.

Kawasan konservasi merupakan benteng terakhir dari hutan yang kita miliki. Saat ini kerusakan di kawasan konservasi sudah mencapai 0,5 juta Ha. Restorasi dalam konteks ekosistem untuk mengembalikan kondisi habitat dan keanekaragaman ke keadaan semula. Rehabilitasi di kawasan konservasi berbeda dengan kawasan hutan produksi maupun hutan lindung.

Restorasi merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan di area konservasi karena kawasan konservasi merupakan sistem penyangga kehidupan. Restorasi sebagai solusi alternatif untuk mengatasi kerusakan kawasan konservasi. Restorasi tidak hanya sekedar tanam-menanam, tetapi bagaimana mengambalikan kondisi keanekaragaman hayati menyerupai kondisi asalnya.

Terimakasih kepada JICA yang memfasilitasi sehingga kita bisa mendapatkan pedoman untuk restorasi. Keterlibatan berbagai pihak dalam kegiatan restorasi sangat dimungkinkan termasuk kerjasama dengan pemerintahan Jepang melalui JICA. Pengalaman kerjasama restorasi dengan Jepang di berbagai tempat memberikan gambaran keseriusan dalam melakukan kegiatan ini. Beberapa site yang sudah diekspos di Kementrian Kehutanan yang dilakukan oleh JICA sehingga restorasi akan dijadikan model untuk restorasi tahun-tahun yang akan datang.

Kegiatan JICA yang tercantum dalam Restoration of Ecosystema in Conservation Areas dicoba untuk direplikasi di lima site. Taman Nasional Sembilang mewakili restorasi ekosistem mangrove, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mewakili restorasi ekosistem danau, Taman Nasional Gunung Ciremai mewakili restorasi ekosistem hutan pegunungan, Taman Nasional Manupeu Tanah Daru mewakili ekosistem lahan kering, dan Taman Nasional Gunung Merapi mewakili restorasi ekosistem kawasan konservasi pasca bencana. Salah satu keluaran dari proyek ini adalah kajian, peraturan pedoman rehabilitasi/restorasi serta penyusunan draf pedoman restorasi di kawasan konservasi.

Harapan pedoman restorasi segera diselesaikan, terkait lokasi ujicoba yang diteliti menjadi bahan penyempurnaan pedoman. kapasitas dari stakeholder diharapkan juga dapat meningkat, dan pelaksanaan restorasi di lima site dapat dilaksanakan secara baik dan proyek ini sebagai proyek percontohan untuk pelaksanaan restorasi ekosistem. kelima site ini akan ditreatment secara khusus sebagai model dan final project bagaimana merestorasi kawasan konservasi.

PAPARAN PRESENTASI KEMAJUAN PROYEK

Paparan ini ditekankan pada poin-poin terpenting yang harus menjadi perhatian dan perlu dipertimbangan untuk diputuskan untuk keberhasilan pelaksanaan proyek tahun 2011:

PAPARAN KEMAJUAN PROYEK RESTORASI TAHUN 2010

  1. Telah dicapai kemajuan pelaksanaan kegiatan proyek, yang mencakup:
    • Revisi proyek site menjadi lima Taman Nasional,
    • Pengkajian peraturan dan pedoman terkait rehabilitasi dan restorasi ekosistem,
    • Kolaborasi restorasi ekosistem antara PT. Yamaha Musik Indonesia dengan Taman Nasional Gunung Ciremai, dan pelaksanaan ceremony penanaman pohon di lokasi restorasi ekosistem Taman Nasional Gunung Ciremai,
    • Kolaborasi pengendalian kebakaran hutan antara Taman Nasional Bromo Tengger Smeru-Sumitomo Forestry-PT Kutai Timber Indonesia-JICA,
    • Pembentukan pokja penyusunan pedoman teknis restorasi ekosistem (SK Direktur Jenderal PHKA nomor SK.70/IV-Set/2011 tanggal 31 Maret 2011), dan penyiapan draf pedoman restorasi ekosistem di kawasan konservasi,
    • Laporan hasil kegiatan konsultan lokal tahun 2010, dan sedang dalam penilaian untuk pemilihan konsultan lokal untuk pelaksanaan proyek 2011,
    • Kemajuan pelaksanaan kegiatan di lima lokasi pilot Proyek yang akan dilaporkan oleh masing-masing taman nasional, dan
    • Pengadaan dan penyampaian peralatan untuk kepentingan pelaksanaan kegiatan restorasi ekosistem kepada lima Taman Nasional sebagai pilot Project site.
  2. Kerjasama antara berbagai pihak internal di lingkungan Kementerian Kehutanan, khususnya Ditjen PHKA dan lima Taman Nasional sebagai pilot Project site dan ekternal dengan beragai stakeholder di daerah akan terus ditingkatan.
  3. Pencarian perusahaan untuk program kolaborasi untuk restorasi ekosistem akan terus diupayakan, sehingga di masa mendatang akan terdapat program kolaborasi antara private company dengan Taman Nasional untuk pendanaan dan pelaksanaan restorasi ekosistem.
  4. Pelaksanaan kegiatan pokja penyusunan draf pedoman restorasi ekosistem akan terus ditingkatkan, dan dalam bulan depan akan dapat disiapkan drafpedoman teknis restorasi ekosistem.
  5. Konsultan lokal untuk mendukung pelaksanaan restorasi ekosistem di lima Taman Nasional tahun 2011 tetap menggunakan konsultan lokal yang sama tahun 2010, untuk keberlanjutan kelangsungan pelaksanaan proyek restorasi ekosistem.

PAGE TOP

PAPARAN KEMAJUAN PROYEK DI TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU

  1. Telah dicapai kemajuan pelaksanaan proyek berupa:
    • Pemetaan lokasi kegiatan restorasi ekosistem,
    • Penentuan pola restorasi ekosisten yang mencakup suksesi alam, pengkayaan tanaman dan penanaman,
    • Pelatihan dan survei/studi base line, dan survey tersebut telah dapat mengetahui jenis-jenis tumbuhan hutan, sumber bibit dan anakan pohon yang akan dipergunakan untuk kepentingan restorasi ekosistem,
    • Pemagaran lokasi kegiatan restorasi ekosistem,
    • Pembentukan kelembagaan dan kelompok masyarakat untuk restorasi ekosistem,
    • Studi tour ke pulau Lombok untuk belajar mengenai persemaian dan penanaman,
    • Pembuatan pondok kerja dalam proses penyelesaian, dan
    • Terima kasih dengan telah diterimanya peralatan dari Proyek JICA.
  2. Untuk dapat diperhatikan dan dipertimbangkan mengenai aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat, serta aspek pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dalam pelaksanaan restorasi ekosistem di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru.

PAPARAN KEMAJUAN PROYEK DI TAMAN NASIONAL SEMBILANG

  1. Telah dicapai kemajuan pelaksanaan proyek berupa:
    • Telah teridentifikasi areal greenbelt yang akan dilakukan restorasi ekosistem mencakup 238 ha, 119 kapling, 34 KK,
    • Hasil kajian lapangan oleh tim konsultan lokal belum dapat menyajikan data dan analisis mendalam mengenai permasalahan dan kepentingan restorasi ekosistem di kawasan mangrove, termasuk penentuan pola restorasi ekosistem hutan mangrove yang akan dilakukan di lapangan,
    • Metode dan analisisnya untuk kepentingan restorasi ekosistem hutan mangrove masih belum jelas, dan pembahasannya masih bersifat normatif,
    • Restorasi ekosistem mangrove dengan melibatkan masyarakat dan penataan petani tambak melalui relokasi belum menunjukan konsep yang jelas, dan baru tahap usulan untuk koordinasi antar instansi terkait, khususnya dengan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja,
    • Telah diterima bantuan peralatan dengan dokumen delivery order, dan mohon dapat dilengkapi dengan berita serah terima barang untuk kepentingan inventarisasi barang dan peralatan oleh pihak taman nacional,
    • Uji coba operasional speed-boat masih ada permasalahan ketidak-seimbangan antara ukuran/dimensi body speed boat dengan kapasitas mesin, kapasitas mesin terlalu kecil, boros BBM dan kapasitas penumpang-nya tidak mampu mencapai 10 orang, 
    • Pembangunan pondok kerja dalam proses mencari konsultan dan kontraktor yang akan membangunnya.
  2. Restorasi ekosistem hutan mangrove di Taman Nasional Sembilang agar memperhatikan dan mempertimbangkan aspek sosial ekonomi budaya masyarakat petambak, khususnya dalam kaitan dengan penataan dan relokasi/pemindahan petambak yang berada di lokasi restorasi ekosistem. Aspek tersebut akan sangat menentukan langkah-langkah  teknis untuk pelaksanaan restorasi ekosistem selanjutnya.

PAPARAN KEMAJUAN PROYEK DI TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

  1. Telah dicapai kemajuan pelaksanaan proyek berupa:
    • Terima kasih telah diterimanya bantuan peralatan untuk kegiatan restorasi ekosistem, dan mohon bantuan kelengkapan administrasi serah terima peralatan tersebut,
    • Telah dihasilkan dan dipresentasikan kajian restorasi ekosistem danau Ranu Pane dan Ranu Regulo, konsepnya masih berorientasi jangka panjang, dan belum terlihat konsep pendekatan jangka pendeknya,
    • Aspek sosial ekonomi budaya masyarakat yang tinggal di daerah catchment areas sekitar danau di luar kawasan taman nasional memiliki pola budidaya pertanian, dan kehidupan sehari-hari yang sangat mempengaruhi ekosistem danau yang berada di dalam kawasan Taman Nasional,
    • Telah terbentuk tim restorasi ekosistem untuk dapat menangani kegiatan restorasi ekosistem secara intensif melalui keputusan Kepala Balai Besar TN. Bromo Tengger Smeru,
    • Telah disiapkan draft pedoman tehnis restorasi ekosistem, yang akan kami komunikasikan dengan JICA national expert, JICA RECA, dan Direktorat KKBHL,
    • Sedang dalam proses tender untuk renovasi pondok peneliti sebagai pondok kerja di dekat lokasi kegiatan restorasi ekosistem danau,
    • Sedang dalam persiapan pembangunan kebun koleksi tanaman restorasi, dalam bentuk rapat pokja, penentuan lokasi, sketsa pembangunan kebun koleksi, survei potensi biji, bibit anakan pohon, pohon induk sumber bibit di sekitar lokasi kebun koleksi tanaman restorasi, dan mencoba membuat kebun bibit jenis endemik setempat.
  2. Ada tiga aspek yang mohon dapat diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaan restorasi ekosistem danau Ranu Pane dan Ranu Regulo, yaitu: (1) Aspek restorasi ekosistem lahan di daerah hiterland pada catchment areas di sekitar danau; (2) Aspek restorasi ekosistem danau khususnya pada danau Ranu Pane dan Ranu Regulo; dan (3) Aspek sosial ekonomi budaya masyarakat yang tinggal di sekitar danau, khususnya mengubah pola usaha budidaya pertanian dan kehidupannya yang lebih ramah lingkungan.

PAGE TOP

PAPARAN KEMAJUAN PROYEK DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

  1. Telah dicapai kemajuan pelaksanaan proyek berupa:
    • Dengan dukungan konsultan lokal Infront, kegiatan restorasi ekosistem di Taman Nasional ini dilakukan di lokasi Ngablak dan Mriyan, dan telah mencapai proses pembelajaran untuk penguatan kelembagaan dan kesadaran konservasi masyarakat, pengembangan desa model konservasi, identifikasi flora dan fauna yang harus dipulihkan dalam program restorasi, identifikasi social ekonomi budaya untuk pelaksanaan restorasi ekosistem pasca letusan gunung merapi, penyusunan standar biaya dan kegiatan untuk restorasi ekosistem,
    • Penyelesaian pembangunan pondok jaga untuk mendukung pelaksanaan restorasi ekosistem di Ngablak dan Mriyan.
  2. Untuk pelaksanaan restorasi ekosistem Taman Nasional Gunung Merapi dan memperhatikan kondisi lokasi yang ada, mohon diperhatikan dan dipertimbangkan kemungkinan untuk restorasi ekosistem dengan memasukan kepentingan sosial ekonomi budaya masyarakat setempat, seperti restorasi dengan system tumpangsari.

PAPARAN KEMAJUAN PROYEK DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

  1. Telah dicapai kemajuan pelaksanaan proyek berupa:
    • Identifikasi dan pemetaan areal uji coba untuk restorasi ekosistem,
    • Pembentukan kelompok kerja dan sosialisasi tentang restorasi ekosistem,
    • Penandatanganan kolaborasi Taman Nasional dengan PT. Yamaha Musik Indonesia untuk kegiatan restorasi ekosistem seluas 50 Ha, dan telah dilakukan ceremonial penanaman di lokasi restorasi ekosistem,
    • Pelatihan dan survei  base line flora dan fauna, namun hasilnya belum mendukung kepentingan untuk penentuan tegakan benih (seed stand), memahami penentuan jenis-jenis yang diperlukan untuk keperluan restorasi ekosistem, membantu penentuan kondisi ekosistem yang akan dicapai dalam tujuan restorasi ekosistem,
    • Perbaikan jembatan dan sedang dalam proses untuk pembangunan pondok kerja sebanyak dua buah, dan
    • Pelaksanaan studi banding ke SM Paliyan di Yogyakarta tentang restorasi ekosistem,
  2. Pengalaman selama ini, mohon untuk dapat diperhatikan dan dipertimbangkan agar penugasan konsultan lokal lebih spesifik dan jelas output yang diharapkan, serta ada kejelasan pembagian peran dan tugas antara konsultan lokal dengan pihak Balai Taman Nasional, untuk itu mohon dipertimbangkan di awal kegiatan melalui inception meeting ada koordinasi pihak konsultan lokal dengan pihak Taman Nasional. 

TANGGAPAN dan DISKUSI
Bpk. Hartono (Sekretaris Ditjen PHKA)

Dari lima site yang dipilih saya memiliki optimisme bahwa tahun 2014 kita punya pedoman/guideline bagaimana kita melakukan restorasi ekosistem di kawasan konservasi. Tahun ini masih menggunakan pola RLPS.

Untuk restorasi ekosistem diperlukan persiapan dan langkah-langkah yang sistematis sehingga hasil yang didapatkan tidak meninggalkan atribut asli sebagai kawasan konservasi. Ketika kawasan konservasi rusak dan harus diperbaiki dengan metodologi yang tidak tepat akan mengurangi relevansi sebagai kawasan konservasi tersebut, walaupun tetap sebagai hutan tetapi bukan sebagai kawasan konservasi, maka ini yang perlu kita pedomani dan pegang secara hati-hati.

Untuk Taman Nasional Manupeu Tanah Daru ada tiga pola yang akan dicoba penerapannya yaitu natural regeneration, enrichment planting dan planting. Jangan lupa dokumentasinya agar dapat membuat guideline yang lengkap, sehingga kita tahu kapan harus membiarkan satu kawasan yang rusak dengan regenerasi alam, kapan dengan enrichment, dan kapan dengan planting.

Ketika kita melakukan rehabilitasi pada kawasan hutan yang rusak, solusinya tidak terlalu jauh dari penyebab kerusakan. Contohnya di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru perlu diketahui penyebab awal dari kerusakan apakah karena pengembalaan. Sama halnya dengan Taman Nasional Sembilang, kawasan yang sudah rusak jadi tambak maka bisakah mengkombinasikan antara keberadaan petambak dengan kegiatan restorasi?. Jika aspek sosial bisa diakomodasikan maka kegiatan tidak akan sulit untuk pengelolaan ekosistem. Bagaimana mengintegrasikan masyarakat  disekitarnya menjadi satu kesatuan ekosistem yang berkelanjutan. Saya mendukung kegiatan yang melibatkan pengelolaan land use di sekitar Ranu Pani dan Ranu Regulo, sehingga upaya-upaya pelestarian bisa dilakukan dalam jangka panjang. Untuk Taman Nasional Gunung Merapi menjadi satu-satunya tipologi restorasi yang terjadi karena bencana alam. Kita mengidentifikasi berapa luasannya restorasi yang disebabkan oleh bencana alam. Meskipun dari sisi teknis dan sosial agak berat namun dari pengalaman di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi merupakan informasi yang sangat penting. Dalam proyek ini bukan hanya hasil fisik namun yang lebih penting adalah peningkatan kapasitas, pelibatan stakeholders dan dokumentasi teknik dan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama restorasi.

PAGE TOP

Mr. Hibino (Atase Kedutaan Besar Jepang)

Semua presentasi sangat berguna terutama untuk memahami bagaimana proyek ini dilaksanakan. Proyek ini memiliki kemajuan yang bagus. Kegiatan dalam proyek ini bukanlah hal yang mudah dilakukan, karena adanya perbedaan lokasi. Namun penemuan metode yang baik agar dapat melakukan restorasi di kawasan konservasi sehingga kawasan yang rusak tersebut dapat pulih seperti kondisi semula.

Ibu Rika Novida (Perwakilan Kantor JICA Indonesia)

Tahun ini kerjasama lintas kelembagaan perlu dikuatkan dan  ditingkatkan. Kami berharap agar masing-masing lembaga yang berbeda dapat mendukung output dari proyek dalam pembuatan pedoman restorasi yang dapat digunakan untuk lingkup nasional. Hal terpenting adalah ownership dari pihak Indonesia untuk keberlanjutan proyek, sehingga timbul kesadaran dari berbagai pihak. Saat ini kemajuan dari proyek sudah terlihat, mudah-mudahan tidak ada halangan kedepan.

Bpk. Joko Tulodo (KTLN Sekretariat Negara)

Melihat berbagai presentasi sudah banyak pencapaian yang signifikan, walaupun ada kekurangan-kekurangan namun kami yakin akan  menuju ke arah yang lebih baik. Faktor sosial ekonomi sangat penting untuk diperhatikan, karena pada akhirnya kegiatan restorasi ini juga akan dirasakan oleh masyarakat sekitar. Dukungan dari JICA sebagai mitra tidak hanya dari sisi teknis namun juga dari sisi sosial ekonomis.

Bpk. Hendra Gunawan (Pusat Litbang Hutan dan Konservasi)

Saya memberikan apresiasi terhadap proyek restorasi ini, Puslitbang Hutan dan Konservasi telah melakukan penelitian restorasi sejak tahun 2007 yang dilakukan di Taman Nasional Gunung Ciremai. Hasil penelitian sudah bisa di seminarkan, namun ada keterbatasan anggaran.

Tahun ini ada rencana untuk mengadakan seminar hasil penelitian di Taman Nasional Gunung Ciremai dengan dikolaborasikan atau disinergikan dengan kegiatan JICA. Meskipun berada dari perspektif yang berbeda, namun tujuannya sama,  sehingga didapatkan pedoman yang lebih baik. Tahun ini anggaran disiminasi dari Puslitbang Hutan dan Konservasi sebesar enam puluh  Juta rupiah, apakah dari JICA ada kemungkinan bekerja sama sharing dana untuk menyelenggarakan workshop atau seminar tersebut yang didalamnya mendiseminasikan hasil dari Puslitbanghutkon ataupun konteks dari JICA. Seminar rencananya akan diadakan pada bulan Juni atau Juli tahun 2011.

Untuk Taman Nasional Gunung Merapi ada dua proposal yang di-improve dalam rangka penanganan Gunung Merapi pasca erupsi. Proposal yang pertama adalah manajemen populasi dan habitat satwa pasca erupsi, dan yang kedua mengenai suksesi alam pasca erupsi, bagaimana menstimulus suksesi agar lebih cepat. Puslitbanghutkon hanya melakukan riset bukan kegiatan fisik, sedangkan taman nasional melakukan kegiatan fisik namun tidak melakukan riset, sehingga perlu berkolaborasi.

Jika pihak JICA memerlukan kerjasama untuk riset, di Puslitbanghutkon tersedia sumberdaya manusia di bidang silvikultur, teknik rehabilitasi, konservasi hutan dan sosial ekonomi.

Bpk. Mochammad Asari (Pusat KLN Kementrian Kehutanan)

Proyek ini merupakan proyek yang sangat aktif. Diharapkan Training di Jepang dapat ditambah.

Kenapa proyek JICA kalau mendatangkan expert selalu menggunakan Form A1, padahal kita sudah mempunyai RoD MoF-JICA, sehingga pada waktu pengurusan perpanjangan izin kerja Chief advisor memerlukan waktu pengurusannya lebih panjang dari semestinya.

Bpk Gatot Soebiantoro (Direktorat KKBHL Ditjen PHKA)

Kegiatan masyarakat yang berada diatas danau merupakan penyebab pokok terhadap sedimentasi di kawasan Ranu Pani dan Ranu Regulo.

Administrasi pengadaan peralatan akan diproses di Ditjen PHKA Jakarta.

Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru ada kegiatan yang agak lepas yaitu berkaitan dengan kebakaran, sebaiknya hal ini dikomunikasikan dengan Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan Ditjen PHKA.

Mr. Miyakawa (JICA-PCBRECA)

Terima kasih telah memberikan komentar terhadap proyek ini. Proyek ini  adalah proyek uji coba restorasi dengan berbagai pola seperti natural regeneration, enrichment palanting dan planting, dan juga dengan berbagai metoda tanam seperti jarak tanam dan sebagainya. jika hasil gagal tidak apa-apa karena fokus kegiatan ini adalah membuat pedoman restorasi.

Untuk restorasi mangrove sudah ada pedoman berdasarkan proyek di Bali, akan tetapi kondisi iklim dan vegetasi antara Bali dan Sembilang berbeda sehingga pedoman dapat dimodifikasi sesuai kondisi alami.

Satu hal yang penting juga adalah lokal resources person sebagai national expert dan national consultant, jika ada resources person di daerah mohon diinformasikan untuk dipekerjakan sebagai expert. JICA mendukung kegiatan workshop yang akan dilaksanakan Puslitbang Hutan dan Konservasi,  dan JICA bisa kerjasama atau kolaborasi dengan Puslitbang Hutan dan Konservasi.

Proyek Restorasi  ekosistem ini adalah kerjasama teknis bukan hibah, karena ini kerjasama teknis maka perlu kesediaan kedua belah pihak baik dari Kementerian Kehutanan dalam hal ini Direktorat KKBHL maupun JICA dalam hal anggaran, terutama counterbudget dari Kementrian Kehutanan.

Bpk. Tatang (Kepala Balai Taman Nasional Sembilang)

Terkait metode penanaman, yang ingin kami sampaikan tidak hanya cara penanaman yang dicarikan solusinya namun yang lebih penting adalah metode atau pola restorasi yang dapat memberikan peran dan manfaat bagi para petambak di Taman Nasional Sembilang.

Bpk Gatot Soebiantoro (Direktorat KKBHL Ditjen PHKA)

Pihak konsultan harus mengetahui metode penanganan sosial dalam hal ini masyarakat petambak yang ada di Taman Nasional Sembilang, sehingga perlu dibicarakan lebih lanjut.

Bpk Heru (Pusat KTLN Sektjen Kementerian Kehutanan)

Terima kasih atas pengiriman banner (spanduk) ke Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo untuk promosi pembangunan kehutanan indonesia khususnya konservasi alam.

PAGE TOP

KESIMPULAN

  1. Proyek ini sebagai kesempatan untuk membuat pedoman tehnis restorasi ekosistem yang diperoleh melalui uji-coba dan pengalaman lapangan kegiatan restorasi di lima Taman Nasional yang masing-masing mempunyai ciri khas tertentu.
  2. Dalam proses uji coba restorasi ekosistem perlu dilakukan pencatatan dan pendokumentasian yang teliti dan sistimatis, sehingga kegagalan maupun keberhasilannya dapat diketahui dengan baik sehingga menjadi catatan pengalaman yang sangat berguna untuk melakukan restorasi pada tahun mendatang. Keseluruhan proses dan pencatatan tersebut perlu untuk didokumentasikan dan dapat dipelajari lebih lanjut.
  3. Sebelum melakukan uji coba restorasi perlu diketahui terlebih dahulu sejarah kawasan dan sebab-sebab terjadinya kerusakan, sehingga tindakan yang akan dilakukan dalam uji coba restorasi tepat sasaran, dan tidak akan jauh dari permasalahan penyebab kerusakan ekosistem kawasan konservasi tersebut.
  4. Aspek sosial ekonomi budaya masyarakat dan kelembagaan pelaksanaan restorasi ekosistem di kelima site uji coba perlu mendapat perhatian dan pertimbangan untuk dapat diakomodasikan dalam uji coba restorasi, serta dimasukan dalam pedoman tehnis restorasi ekosistem di kawasan konservasi.

PENUTUP

Kegiatan restorasi merupakakn kegiatan yang penting terkait pengelolaan kawasan konservasi. Kawasan yang sudah terdegradasi untuk segera direhabilitasi dan direstorasi sehingga kawasan tersebut dapat kembali ke keadaan semula sebagai sumber plasma nutfah yang tersisa di Indonesia. Lima tempat uji coba restorasi ini diharapkan dapat menjadi pilot project untuk menghasilkan pedoman tehnis restorasi ekosistem, sehingga dapat dipergunakan sebagai referensi/acuan untuk restorasi kawasan konservasi lainnya.

Notulis: Desitarani,S.Hut (JICA Technical Assistant)

DOKUMENTASI KEGIATAN JCC MEETING TAHUN 2011

FotoPembukaan JCC Meeting

FotoPembukaan JCC Meeting

FotoSesi Diskusi dan tanggapan

FotoPresentasi dari salah satu project site

FotoSesi Diskusi dan tanggapan

FotoSesi Foto Bersama

PAGE TOP

Copyright © Japan International Cooperation Agency