Japan International Cooperation Agency
Share
  • 日本語
  • English
  • Français
  • Espanol
  • Home
  • About JICA
  • News & Features
  • Countries & Regions
  • Our Work
  • Publications
  • Investor Relations

Project News

2012-01-17

MINUTES OF MEETING THE JAKARTA SEMINAR ON RESTORATION OF ECOSYSTEMS IN CONSERVATION AREAS Menara peninsula Hotel Jakarta, Jan 17th 2012

SESI I
PEMAKALAH

  1. Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
  2. Balai Taman Nasional Sembilang

Pertanyaan
Bapak Hendra Gunawan (LITBANGHUT)

Ada tiga model dalam kegitan restorasi yaitu Assisted Natural Regeneration (ANR), Enrichment Palnting dan New Planting. Litbang Kehutanan juga melakukan penelitian yang sama, untuk menentukan ketiga model ini diberikan kriteria dan parameter agar lebih efisien. Salah satu parameternya adalah dispersal biji dari pohon induk,sejauh mana biji tersebut bisa menkolonisani daerah sekitarnya. Untuk proyek ini kriteria apa yang digunakan dalam menantukan tiga model restorasi tersebut?

Bapak Yusup Cahyadin (PT.REKI)

Salah satu tujuan dari restorasi ekosistem adalah pemulihan baik biotik dan abiotik dan salah satu komponen biotik adalah satwa liar, dalam kegiatan restorasi ini bagaimana dengan satwa liarnya? Apakah ini juga diperhatikan?
Dalam pemaparan dari Taman Nasional Sembilang, ada tiga jenis mangrove, berapa persen komposisi dari masing-masing jenis perhektar? Apakah satu hektar hanya satu jenis? Karena di alam sendiri ada komposisi dari masing-masing jenis.

Ibu Puspa (Direktorat PJKW dan HL)

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru termasuk kedalam seratus Taman Nasional terindah di dunia, hal-hal yang berkaitan dengan teknis retorasi ini sebaiknya dibukukan di taman nasional agar bisa menjadi manual untuk teman-teman di lapangan dan juga oleh Taman Nasional lain sebagai pembelajaran

Jawab
Bapak Sutrisno ( Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semaru)

Untuk sementara ini restorasi belum memperhatikan satwa, namun diharapkan dengan andanya perbaikan habitat satwa melalui kegiatan restorasi maka satwa akan datang dengan sendirinya, Saran dari Ibu Puspa akan diperhatikan terkait pembuatan buku teknis restorasi.

Bapak Luchman Hakim (Konsultan Lokal dari Universitas Brawijaya Malang)

Penentuan kriteria dlam tiga model restorasi sangatlah penting, namun kriteria dan indikator pada masing-masing site mungkin berbeda-beda. Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru kriteria yang digunakan adalah :

  • a) Berbasis pada struktur dan komposisi tegakan
  • b) Diversitas dan densitas tumbuhan
  • c) Derajat endemisme
  • d) Keberadaan exotic species

Selain itu restorasi juga harus memperhatikan satwa, tidak hanya satwa besar akan tetapi termasuk satwa-satwa yang mempunyai kemampuan mendisversalkan biji sehingga restorasi bisa sustainable denga sendirinya. Selain itu kita juga harus memperhatikan fauna tanah karena berfungsi sebagai dekomposer yang dapat memperbaiki kondisi tanah untuk mendukung kegiatan restorasi.

Bapak Tatang (Kepala Balai Taman Nasional Sembilag)

Dalam proyek JICA ini kegiatan restorasi lebih fokus pada vegetasi, tuuan proyek ini adalah membuat buku pedoman teknis yang dicoba dalam kegiatan restorasi yang bisa digunakan di tempat lain.

Bapak Rujito (Konsultan lokal Universitas Sriwijaya)

Berdasarkan peta atau kondisi secara umum areal restorasi dibagi menjadi 3 blok, di bagian selatan didominasi oleh Rhizophora mucronata, di bagian tengah Rhizophora apiculata dan dibagian utara Bruguiera spp, utuk komposisi masing-masing blok kita sudah memikirkan yang didasarkan pada kondisi yang ada dan apa yang kita harapkan dimasa datang, sehingga dominansi masing-masing blok akan menjadi pertimbangan, akan tetapi untuk jenis lain juga akan dilakuka penanaman.

Bapak Darsono (JICA National Consultant)

Sebelum uji coba sudah dilakukan Baseline survey, termasuk seed bank dalam tanah, namun belum merumuskan secara ditail. Diharapkan tahun ini bisa dirumuskan secara detail sehingga ujicoba lebih sempurna, Selain pedoman juga ada Guide book untuk masing-masing Taman Nasional, dalam hal ini akan bekerjasama dengan LIPI.

PAGE TOP

SESI II
PEMAKALAH

  1. Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
  2. Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru
  3. Balai Taman Nasional Gunung Merapi

Pertanyaan
Bapak Hendra Gunawan (LITBANGHUT)

TNGC: Hasil penelitian 2011, dari 9 lokasi yang diteliti LITBANG dari berbagai ketinggian dan tipical kerusakan ada 21 jenis anakan alam dan jaraknya ada yang 3 Kilo Meter dari hutan utuh mungkin ini disebarkan oleh satwa atau angin. Kesimpulannya asalkan TNGC tidak digarap dan dibakar maka akan merecovery dirinya sendiri, hal yang terpenting dilakukan adalah menjaga agar tidak digarap dan dibakar.
TNMT: Orang sering salah mengangap savana merupakan ekosistem terdegradasi, savana merupakan salah satu tipikal ekosistem yang klimaksnya adalah alang-alang sehingga tidak perlu di tanam lagi. Pengalaman di Kendari menggap alang-alang merupakan lahan yang terdegradasi dan tidak produktif, sehingga PT. Barito Pasivic menanam untuk menjadikan HTI namun gagal total, karena secara edafis dan klimatis adalah savana tidak bisa ditanami. Diharapkan restorasi yang dilakukan tidak salah tempat.

Ibu PHKA

Untuk replanting dan rehabilitasi menggunakan jenis bibit apa? Apakah bibit memiliki kemampuan survive di tanah bekas letusan, dan apakah tidak ada upaya menggunakan jenis yang cepat tumbuh?

Jawab
Bapak Kurung (Kepala Taman Nasioanl Gunung Ciremai)

Ada jenis-jenis tertentu yang anakkan kurang, namun jenis tersebut penting maka akan diperbanyak. Dalam uji coba ini ada yang murni seksesi alami satu petak, dan juga ada yang dibantu. Sehingga kedepannya bisa dilihat jenis-jenis yang banyak akan suksesi alami, karena tujuannya bukan hanya untuk air dan satwa namun jenis langka dan komersial tinggi sehingga pada akhirnya dapat menjadi plasma nutfah untuk pengembangan di luar kawasan taman nasional.

Bapak Kuppin Simbolon (Kepala Taman Nasional Manupeu Tanah Daru)

Historis daerah ini sudah diketahui dari baseline survay, dimana dahulunya adalah hutan lebat dan ini adalah bekas penebangan pohon tahun 70-an serta bekas kebakaran, ini merupakan habitat satwa, pemulihan ekosistem dan peningkatan keanekaragaman hayati termasuk flora dan fauna. Target penanaman 3000 Ha/thn. 17 ribu Ha sampai 5 tahun kedepan

Bapak Asep Nia Kurnia (Staf Balai Taman Nasional Gunung Marapi)

Project JICA RECA di mulai dari tahun 2010 sebelum bencana terjadi. Spesies yang tumbuh cepat pasca erupsi adalah puspa dan bambu. Dengan restorasi ini dapat berfungsi sebagai Perbaikan sistem tata air, pakan satwa dan pemanfaatan masyarakat serta mitigasi Bencana.

Bapak Darsono (JICA National Consultan)

Pemilihan jenis dalam restorasi juga memperhatikan pakan satwa tempat bersarang dan lain sebagainya, tidak hanya itu jika diserahkan kepada alam akan pulih namun dalam kegiatan restorasi kita mempercepat pengembalian ekosistem seperti semula yaitu seperti hutan di sekitar areal restorasi.

PAGE TOP

SESI III
PEMAKALAH

  1. Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung
  2. JICA-RECA

Pertanyaan
Ibu Puspa (Direktorat PJKW dan HL)

Apakah PHKA dapat membuat statistik area terdegradasi? Karena dengan adanya kegiatan restorasi pada tahun 2015 angka areal terdegradasi akan berkurang, dan juga berperan dalam perubahan iklim.
Apakah mungkin bisa deskripsi tentang jenis tersebut dapat berperan dalam perubahan iklim

Ibu Emy Endah Suwarni (Kepala Bidang Teknis Konservasi Balai Besar TNBTS)

Untuk mendapatkan foto yang sesuai, apakah ada pelatihan untuk staf Taman Nasional terkait hal tersebut

Bapak Luchman Hakim (Konsultan Lokal Universitas Brawijaya)

Forum seperti ini apakah bisa dilakukan secara rutin, sehingga bisa saling belajar dalam banyak hal tentang retorasi atau shering restorasi dari masing-masing site.

Jawab
Bapak Gatot Subiantora ( Kepala Sub Direktorat KK dan BHL)

PHKA sedang mencoba mengumpulakan data-data tersebut.

Bapak Miyakawa (JICA Chief Advisor)

Jakarta seminar bertujuan untuk bertukar informasi, setiap tahun kita akan mengadakan seminar setiap bulan januari

Ibu Desi JICA Technical Assistant) :

Sampai saat ini belum ada data mengenai daya serap karbon tiap jenis tumbuhan, namun kami akan bekerja sama dengan LIPI mengenai hal ini.
Untuk rencana tahun depan kami akan mengadakan pelatihan identifikasi jenis dan fotography untuk pembangunan kapasitas staf Taman Nasional.

PAGE TOP

SESI IV
PEMAKALAH

  1. Forestry Agency Jepang
  2. Yamaha Misic Indonesia
  3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
  4. Mitsui Sumitomo Insurance Group

Pertanyaan
Bapak Kurung (Kepala Balai Taman Nasional gunung Ciremai)

Untuk Bapak Hendra, tujuan restorasi untuk ekologi, hidrologi dan sosial ekonomi, khusus untuk kegiatan ekonomi kombinasi seperti apa dari jenis-jenis tersebut?, menurut PP 76 untuk jenis-jenis MPTS maximum 10%, perlu penelitian secara komprehensif dengan manajemen taman nasional secara luas. Di TN. Gunung Ceremai visinya adalah menjadikan sumber air utama sehingga keanekaragaman hayati akan ikut terpenuhi.

Bapak Kuppin Simbolon (Kepala Taman Nasional Manupeu Tanah Daru)

Jangan hanya fokus di pulau Jawa, mohon dilirik Indonesia bagian tengah khususnya NTT.Dalam menggabungkan berbagai fungsi, perlu dicatat bahwa belum ada peraturan tentang adanya penanaman jenis MPTS di dalam kawasan Taman Nasional. Yang paling penting adalah pengembangan ekonomi di sekitarnya bukan di dalam kawasan konservasi. Restorasi pada prinsipnya adalah pengembalian kepada bentuk semula dan keanekaragaman hayati
Bapak Luchman Hakim (Konsultan lokal Universitas Brawijaya)
Yamaguchi Univ.: Application of mycorrhiza very important, What kind of mycorrhiza u use in Batur? You explore mycorrhiza from soil in Batur or introduce from other site

Jawab
Bapak Hendra Gunawan (LITBANGHUT)

30% menggunakan kreteria yang termasuk didalamnya sebanyak 10-15% adalah kawasan lereng, LITBANG mensuport secara science, kebijakan tetap ada pada Taman Nasional. Mengenai kombinasi belum melakukan penelitian secara khusus. Perlu ada kesepakatan pengertian restorasi, Definisi restorasi yang saya gunakan adalah definisi restorasi menurut IUCN. Restorasi adalah memulihkan fungsi kawasan dan kesejahteraan masyarakat.

Mr. Honggo (Forestry agency)

ICA not consentrated only in Java but in Bali there is mangrove project and in Kalimantan there is forest fire project, I hope cooperatian with Indonesia and Japan will be develope.

Mr.Ookawa (Forestry Agency)

JIPFRO conducted in lombok Island.

Mr.Okabe (Forest and Forest Product Research Institute)

We use Ectomychoriza

PAGE TOP

SESI IV
PEMAKALAH

  1. Yamaguchi Univ + Udayana Univ.
  2. LIPI Bidang Botani
  3. UNESCO, Restoration Project in Leuser
  4. PT. Restorasi Ekosistem Indonesia

Pertanyaan
Bapak Kupin Simbolon (Kepala Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru)

LIPI: LIPI lambat dalam memantau seluruh tata ruang sumberdaya alam kita, seperti di Thailand, plasma nutfah banyak di simpan di hutan Lindung, Indonesia banyak hutan lundung tapi belum termanfaatkan. LIPI mungkin bisa melihat 5 pilot project.
UNESCO: jangan hanya mengambil Leuser, lowland forest di sumatera dan jambi sangat rawan. Di Asahan perlu ada taman nasional, pohon sagu dan nipah di asahan punah, banyak kera, labi-labi dan ikan disana.
REKI: jika pilot project seperti REKI di perusahaan lain maka dunia kehutanan kita akan bangkit.

Bapak Darsono (JICA National Consultant)

Pernah diusulkan, untuk memperbaiki invasif spesies dengan menggunakan jangka benah. Apa yang harus kita lakukan untuk menangani infasif spesies ini?

Jawab
Bapak Tukirin Partomiharjo (LIPI Bidang Botani)

Kapasitas LIPI dalam keanekaragaman Hayati, untuk mengembangkan kawasan hutan lindung dengan jenis bermanfaat yang asli Indonesia. Awalnya LIPI sudah membangaun plasma nutfah. LIPI punya kebun plasma nutfah di Cibinong. LIPI hanya penyedia informasi dasar keanekaragaman potensial Indonesia dan selanjutnya aplikasinya pada departemen teknis. Apabila LIPI diminta untuk terlibat dalam monitoring bisa, namun keterbatsan dana penelitian LIPI dibanding departemen lain sangat kecil. Jadi kalau untuk konservasi mungkin ada skema lain dalam kerjasama.
Untuk jenis invasif spesies masih terus dipelajari kelakuan beberapa jenis infasif, untuk baluran bila dilakukan secara fisik atau di bongkar, seed bank tetap akan berkembang, hal yang penting dilakukan adalah menghabiskan sumbernya yaitu greenbelt yang dijadikan sekat bakar. Penebangan harus tepat waktu, tebanglah pada saat buah masih muda. Untuk penggunaan kimia tidak mungkin dilaksanakan di Taman Nasional, namun harus kontrol secara terus menerus. Untuk Cromolaena pernah dilakukan secara biology control akan tetapi tidak efektif karena menambah banyaknya populasi eksotik, maka harus dikontrol dengan jenis Indonesia. Perlu hati-hati dalam mengintroduce jenis luar seperti flamboyan dan spatodea yang awalnya tanaman hias akhirnya jadi invasif. Lihat kelakuan biologi/kelemahan biologi dari jenis invasif tersebut.

Bapak Glaudy Perdanahardja (UNESCO)

Untuk restorasi ekosistem hanya di Leuser, tapi untuk proyek lain ada di Siberut, Cibodas dan Timur Leste.

Bapak Yusup Cahyadin (PT.REKI)

Di REKI, sudah ada moratorium tebang, namun karena adanya eksotik spesies maka diperbolehkan oleh dirjen BUK untuk ditebang dengan periodik hanya jenis Akasia dan harus ditanami untuk menghilangkan jenis eksotik tersebut. Jika dilakukan secara biologi sangat lama seharusnya ada terebosan untuk pengkhususan penebangan jenis eksotik, karena dalam peraturannya segera dilakukan pengendalian invasif dan eksotik spesies maka mungkin memang harus ditebang. Dengan adanya peraturan baru tentang restorasi, perlu adanya dorongan untuk jenis-jenis yang bisa dimanfaatkan secara ekonomi, sebagai jalan keluar mengatasi masalah ekonomi masyarakat tanpa merusak.

DOKUMENTASI JAKARTA SEMINAR

Foto

Foto

Foto

Foto

Foto

Foto

Foto

Foto


PAGE TOP

LAPORAN PENINJAUAN LOKASI RESTORASI DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI DAN SUAKA MARGASATWA PALIYAN

1. Lokasi :

  1. Areal Restorasi Ngablak Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang
  2. Suaka Margasatwa Paliyan,Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jogjakarta

2. Tanggal: 18 Januari 2012

3. Partisipan :

  • Bapak Gatot Subiantoro (Kasubdit KKBHL)
  • Bapak Sutrisno (Kepala Balai Besar TNBTS)
  • Ibu Emy Endah Suwarni (Kepala Bidang Teknis Konservasi Balai Besar TNBTS)
  • Bapak Tatang (Kepala Balai TN. Sembilang)
  • Bapak Tonny Artaka (Staf Balai Besar TNBTS)
  • Bapak Fred Kurung (Kepala Balai TN. Gunung Ciremai)
  • Bapak Kupin Simbolon (Kepala Balai TN. Manupeu Tanah Daru)
  • Bapak Ridwan Pambudi (Staf Balai TN. Sembilang)
  • Bapak Hawal Widodo (Staf TN. Gunung Ciremai)
  • Bapak Kupin Simbolon (Kepala Balai TN. Manupeu Tanah Daru)
  • Bapak Luthfi RY (Staf TN.Manupeu Tanah Daru)
  • Bapak Asep Nia Kurnia (Staf TN.Gunung Merapi)
  • Bapak Dhani Suryawan (Staf TN.Gunung Merapi)
  • Mr.Hongo (Forestry Agency Jepang)
  • Mr.K.Ookawa (Forestry Agency Jepang)
  • Mr.T.Tanaka (Yamaguchi University)
  • Mr.Y.Kochi (Takino Filter Inc)
  • Mr.H.Okabe (Forestry and Forest Product Research Institute)
  • Bapak Suhardjono (Puslit Biologi LIPI)
  • Bapak Hendra Gunawan (Litbang Kehutanan)
  • Ibu Ida (JICA Indonesia Office)
  • Mr. S. Nishi (Sumitomo Forestry Co.,Ltd)
  • Bapak Gunawan Setiaji (PT.Rimba Partikel Indonesia)
  • Mr. H.Miyakawa (JICA Chief Advisor)
  • Ms. R. Hozumi (JICA Project Coordinator)
  • Bapak Darsono (JICA National Consultant)
  • Ibu Desitarani (JICA Technical Assistant)
  • Bapak Agoes Sriyanto (JICA National Expert)
  • Bapak Uyung Pramudiyanto (INFRONT)

4. Tujuan Perjalanan:

Peninjauan lapangan kegiatan restorasi di Desa Ngablak Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang dan Areal Revegetasi Suaka Margasatwa Paliyan

5. Jadwal Perjalanan:

PukulKegiatanLokasi Kegiatan
06.10-07.15Perjalanan Dari Jakarta Menuju JogjakartaPerjalanan
7.15-8.50Perjalanan dari Bandara menuju Desa Ngblak Kecamatan Srumbung Kabupaten MagelangPerjalanan
8.50-10.00Peninjauan kegiatan persemaian project JICA_RECA dan peninjauan lokasi ujicoba restorasi pada compartemen I dan IIAreal Ujicoba Restorasi Ngablak
10.00-12.45Perjalanan dari Ngablak menuju Suaka Margasatwa Paliyan Gunung Kidul JogjakartaPerjalanan
12.45-13.30Makan Siang dan Presentasi dari Bapak Kepala BKSDA Jogjakarta. Paliyan
13.30-14.05Peninjauan lokasi revegetasi PaliyanPaliyan
14.05-15.45Perjalanan dari Suaka Margasatwa Paliyan menuju Bandara Adisucipto JogjakartaPerjalanan
17.00-18.10Perjalanan dari Jogjakarta menuju JakartaPerjalanan

6. Peninjauan lokasi kegiatan di Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang

Penggunaan posong (polybag bambu) sangat bagus karena dapat langsung ditanan dan terurai sendiri, sebaiknya struktur posong dibuat agak jarang agar akar dapat mengambil oksigen. Sebaiknya batas masing-masing bedeng dibuat dengan bambu bukan dengan batu bata karena dapat menyebabkan air tergenang dan perakaran busuk. Hendaknya bibit yang ada di dalam masing-masing bedeng tidak terlalu rapat agar memberikan ruang tumbuh yang bagus pada masing-masing bibit.
Bibit yang terdapat di persemaian adalah :

a.Senu (Melochina umbellata) Polybag168
b.Ipek (Ficus retusa) Polybag300
c.Dadap duri (Erythrina lithosperma) Posong480
d.Elo (Ficus glomerata) Posong103
e.Elo (Ficus glomerata) Polybag280
f.Pinang (Areca catechu) Polybag200
g.Bawangan Polybag242
h.Cepogo (Dysoxilum sp) Polybag96
i.Dadap (Erythrina odorata) Polybag 144
j.Cangkring (Erythrina fusca) Polybag75
k.Preh (Ficus microcarpa) Polybag stek470
l.Waru (Hibiscus sp) Polybag192
m.Aren (Arenga pinnata) Posong196
n.Cepogo (Dysoxilum sp) Posong907
o.Semutan (Glochidion rubrum) Posong96
p.Bawangan Posong85
q.Bambu (Gigantochloa apus) Polybag272
r.Nyamplung (Calophyllum inophyllum) Polybag500
s.Semutan (Glochidion rubrum) Polybag10

Peninjauan ke areal ujicoba restorasi yaitu ke compartemen I dan II yaitu dengan menggunakan sistem sistematik jalur ukuran 5mx5m. Pada areal ini ditemukan banyak pasir dan batu, sehingga setiap lubang tanam harus ditambah dengan media tanah dan pupuk sebanyak 5 Kg.

FotoPeninjauan ke Lokasi Persemaian

FotoPeninjauan ke areal ujicoba restorasi


Peninjauan lokasi Revegetasi di Suaka Margasatwa Paliyan

Suaka Margasatwa Paliyan memiliki luas 434,60 Ha yang berada di wilayah Kecamatan Paliyan dan Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunung Kidul. Permasalahan yang dihadapi pada awal penunjukan kawasan Suaka Margasatwa pada tahun 2000 adalah adanya petani penggarap ± 600 petani, kawasan berupa karst dengan solum tanah yang tipis juga merupakan suatu hambatan. Namun pada tahun 2005 Mitsui Sumitomo Insurance Group mengadakan proyek kerjasama dengan BKSDA Yogjakarta untuk melakukan penanaman dengan pola pemberdayaan masyarakat. Jenis yang ditanam merupakan jenis yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat atau petani dan juga oleh satwa. Saat pengecekan di lapangan beberapa jenis yang ditemukan adalah Jambu Mente (Anacardium occidentale), Jambu biji (Psidium guajava), Secang (Caesalpinia sappan), gmelina (Gmelina arborea), sirsak (Annona muricata), Mahoni (Swietenia macrophylla), Kayu Hujan (Samanea saman), Nangka (Arthocarpus heterophylus).

FotoPeninjauan ke Suaka Margasatwa Paliyan

FotoBersama masyarakat petani di Paliyan

PAGE TOP

Copyright © Japan International Cooperation Agency