Japan International Cooperation Agency
Share
  • 日本語
  • English
  • Français
  • Espanol
  • Home
  • About JICA
  • News & Features
  • Countries & Regions
  • Our Work
  • Publications
  • Investor Relations

Project News

2012-07-17

Minutes of Meeting JCC dan Excursion di Project Site: Taman National Bromo Tenggel Semeru pada Tahun 2012

Minutes of Meeting
JCC Meeting For PHKA-JICA
Project on Capacity Building for Restoration of Ecosystems in Conservation Areas
Malang, 17 July 2012

Hari/Tanggal: Selasa/17 Juli 2012
Tempat: Hotel Sahid Montana, Malang
Waktu:08.30 – 12.00 WIB
Daftar Hadir: Terlampir
Agenda:

Waktu Acara Pembicara/Narasumber/Moderator
08.00-08.30 Registrasi Panitia
08.30-08.35 Sambutan Kepala Kantor JICA Indonesia Ms. Mari Miura
08.35-10.00 Paparan oleh Kepala Balai dan diskusi permalasalahan dan isu penting
  1. Bapak Kus Priadi (TNGM)
  2. Bapak Ridwan Pambudi (TNS)
  3. Bapak Widodo (TNGC)
  4. Bapak Heru Raharjo (TNMT)
  5. Ibu Emi Endah Suwarni (TNBTS)
10.00-10.30 Diskusi I Bapak Agoes Sriyanto
10.30-10.45 Paparan oleh JICA-RECA Chief Advisor Mr. Hideki Miyakawa
10.45-12.00 Diskusi II Bapak Agoes Sriyanto
12.00-12.30 Membuat rumusan minute of meeting Bapak Agoes Sriyanto
12.30 Penutupan  Bapak Agoes Sriyanto
12.30-14.30 Makan siang dan siap-siap untuk ke lokasi restorasi Panitia

KATA SAMBUTAN

Ms. Mari Miura (JICA-Indonesia)

Selamat pagi, yang terhormat Ibu Puji dari DitKKBHL, Ibu Nining dari Sekditjen PHKA, Bapak Heru dari KLN, Ibu Ayu dari Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Bapak Miyakawa dari Project Restoration, dan bapak ibu sekalian. Output dari proyek ini menghasilkan pedoman restorasi yang akan disarankan kepada kementrian kehutanan. Proyek ini juga bertujuan untuk meningkatkan capacity building untuk staf taman nasional dan masyarakat. Termasuk juga kegiatan CSR yang telah dilaksanakan oleh PT. Yamaha Musik Indonesia di Taman Nasional Gunung Ciremai, dan Sumitomo di Taman Nasional Gunung Merapi. JICA sangat mendukung kegiatan CSR, sehingga kita dapat menukar pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan uji coba restorasi. Pada saat ini belum ada kegiatan CSR di TN. Sembilang, TN. Bromo Tengger Semeru, dan TN. Manupeu Tanah Daru. Pada saat ini kita berada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, dimana Taman Nasional ini memiliki potensial yang bagus, pemandangan Gunung Bromo yang indah, memiliki danau Ranu Pani, dan terkenal, sehingga saya berharap akan ada kerjasama dengan perusahaan lain dan berkolaborasi dengan staf taman nasional dan masyarakat untuk memperbaiki ekosistem yang ada. Hari ini merupakan kedua kalinya Saya datang ke Malang, tetapi pertama kalinya Saya datang ke BTN. Bromo Tengger Semeru, sehingga Saya ingin melihat kemajuan proyek di sini.

Ibu Ayu Dewi Utari (Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru)

Output dari project ini adalah pedoman restorasi disetiap lima Taman Nasional. Saya mengharapkan terbangunnya kolaborasi antara TN, JICA-RECA dan masyarakat. Dalam pengelolaan JICA-RECA ada yang harus dipenuhi yaitu membuat Berita Acara Serah Terima (BAST) barang dan jasa, laporan bulanan dan tahunan. Draf panduan teknis diharapkan dapat dipakai di tempat lain yang sama ekosistemnya. Kami juga Menyambut baik studi banding ke lokasi restorasi oleh PT. Reki yang diikuti oleh JICA-RECA, Counter part Dit KKBHL, TN terkait, serta Field Manajer. Studi banding dapat dilakukan di tempat lain yang terkait, dan diikuti staf Dit KK dan TN terkait.

PRESENTASI SESI I

Pemaparan dari Bapak Kus Priadi (Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi)

Pada daerah suksesi alami sudah ada tumbuhan yang tumbuh secara alami. Pertumbuhan yang tumbuh secara alami lebih baik dari pada tanaman yang ditanam. Hal ini dikarenakan pada saat persemaian, tanaman kekuarangan air. pada site berbatu, kita sulit melakukan penanaman pada daerah yang yang medianya adalah batu. Terdapat daerah yang banyak ditumbuhi Acacia decurrens, daerah ini sebelumnya bukan ditumbuhi oleh Acacia decurrens, bila tumbuhan ini dianggap tumbuhan exotic/invasif apakah bisa ditebang atau tidak?.

Pemaparan dari Bapak Hawal Widodo (Counterpart/ Staf Balai Taman Nasional Gunung Ciremai)

JICA-RECA mengadakan uji coba restorasi untuk meningkatkan capacity building. PT. Yamaha Musik juga melakukan penanaman seluas 50 Ha di Lambosir. Kegiatan RHL kurang berhasil, sehingga harus dilakukan percobaan-percobaan bersama masyarakat dalam bentuk working group. Kegiatan uji coba restorasi yang dilaksanakan di daerah bekas perambahan bersama dengan masyarakat mengakibatkan kegiatan perambahan menurun.

Daerah uji coba restorasi di Lambosir merupakan daerah yang rawan kebakaran. Dengan adanya pipanisasi, sehingga kebutuhan air bisa sampai ke lokasi persemaian. Di sepanjang jalan sudah dipasangkan keran air untuk satwa, sehingga banyak satwa yang kembali.

Pola-pola tanam yang ada, informasinya sangat berguna untuk Taman Nasional. Adanya 3 (tiga) jembatan yang diperbaiki/ dibuat sehingga dapat menghubungkan site satu dengan site lainnya. Sampai saat ini, evaluasi sedang berjalan, hal ini juga meningkatkan capacty building. Pada tanggal 28 Desember 2012 rencananya akan dilaksanakan kegiatan Yamaha Planting Ceremony.

Pemaparan dari Bapak Ridwan Pambudi (Counterpart/ Staf Balai Taman Nasional Sembilang)

Taman Nasional Sembilang adalah warisan masalah dari KSDA. Data tahun 1995 terdapat 938 Ha lokasi tambak. Pada tahun 2003 lokasi tersebut dijadikan wilayah Taman Nasional, dan kegiatan baru aktif pada tahun 2007. Proyek restorasi di seksi I merupakan ide besar yang bagus kedepannya untuk dijadikan ekowisata, karena bagian depan lokasi ini merupakan lokasi burung migran. Selain itu lokasi ini akan dijadikan taman labirin mangrove, seperti proyek yang ada di Bali. Selain dengan JICA, ada kerjasama dengan dinas parawisata, DED (Detail Engenering Design) untuk mengelola jembatan.

Permasalahn yang ada pada saat ini adalah komunikasi antara JICA dengan Field Manager, dan Konsultan dengan Field Manager. Capacity building bukan merupakan meningkatkan sumberdaya masyarakat saja, tetapi termasuk dengan staf taman nasional. Terkait sumur bor, ada permasalahan administratif, kepala balai meminta untuk ditertibkan kembali. Saya mengharapkan hasil kegiatan JICA lebih baik dibandingkan kegiatan RHL di TN. Sembilang.

Pemaparan dari Bapak Heru Raharjo (Kepala Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru)

Peneliti tanah dari Sumba mengatakan bahwa top soil di di lokasi sudah tipis, hal ini dikarenakan masyarakat melakukan pembakaran pada alang-alang, agar dapat tumbuh tunas baru, sehingga dapat menjadi pakan ternak. Selain kegiatan JICA seluas 70 Ha, juga ada kegiatan RHL seluas 600 Ha yang merupakan daerah rawan api, sehingga penanganan kegiatan masyarakat ini harus diselesaikan.

Perternakan di Sumba Barat Daya, sapi tidak dilepas, dan kotorannya digunakan untuk biogas, harapan Saya masyarakat di Sumba Tengah diberikan pembelajaran program bagaimana melakukan usaha perternakan tidak dilepas dan bagaimana pengupayakan pakan ternaknya. Peneliti dari UNAIR (Universitas Airlangga) telah menemukan rumput gajah dengan kriteria mempunyai ukuran yang lebih besar, cepat tumbuh, dan tidak berbulu, sehingga lebih disukai oleh sapi.

Peneliti dari UNILA (Universitas Lampung) mengatakan bahwa kotoran sapi dalam 1 hari menghasilkan biogas setara dengan 2 liter minyak tanah. Sehingga apakah JICA bisa melakukan kegiatan studi banding untuk masyarakat terkait memanfaatkan kotoran sapi tersebut menjadi pupuk organik dan biogas, dan ketersediaan alat?

Pemaparan dari Ibu Emy Endah Suwarni (Counterpart/ Kepala Bidang Teknis Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru)

Tujuan pertama proyek restorasi di TNBTS untuk pembelajaran restorasi. Pada JCC yang pertama, TNBTS tidak hanya dijadikan pembelajaran saja, tetapi dijadikan kegiatan restorasi dengan ekosistem danau, sehingga sekarang ada kegiatan restorasi di Danau Ranu Pane dan Danau Ranu Regulo. Kedua danau tersebut berdekatan dengan desa enclave yang kegiatan utamanya adalah pertanaian di lahan miring secara konvensional, sehingga mengakibatkan tanah dari lahan pertanian mengalir ke danau. Kegiatan di Danau Ranu Pane adalah penanganan sedimentasi, pembuatan batu bata tanpa bakar, perbaikan ekosistem di sekitar Ranu Pani, dan penanganan Salvinia. Sedangkan di Danau Ranu Regulo adalah penanaman untuk kebun koleksi kegiatan restorasi.

Upaya restorasi danau sudah dilakukan sebelum adanya proyek restorasi, tetapi tidak berhasil. Dengan adanya proyek restorasi dan bantuan masyarakat, sehingga dalam waktu 48 hari secara terus menerus, penanganan Salvinia dapat diselesaikan. Selain itu kita juga sudah mengadakan kegiatan pembelajaran untuk para petani, antara lain melihat pengelolaan danau menjadi obyek wisata di Sarangan, melihat Desa Wisata di Jogja, dan melihat cara pengelolahan sampah. Kegiatan restorasi seluas 100 Ha akan diselesaikan selama proyek berlangsung, sedangkan kegiatan pemeliharaan selanjutnya merupakan tanggung jawab taman nasional, karena lokasi ini nantinya akan dijadikan lokasi wisata pendidikan.

PAGE TOP

DISKUSI SESI I

Bapak Hendra Gunawan (LITBANGHUT)

Acacia decurrens lebih cepat tumbuh di tempat yang terbuka dan bekas erupsi, sedangkan di tempat yang tertutup tajuk, tidak ditemukan anakan Acacia decurrens. Jenis tumbuhan asli di Merapi ada sekitar 50 jenis, dan banyak yang berpotensial untuk dikembangkan dengan tujuan hidrologi dan habitat. Contohnya jenis Mirica japonica hidup di bagian lereng, Dadap dapat beradaptasi di pasir dan disukai Lutung untuk tempat tinggal. Sedangkan jenis asli di Ciremai ada sekitar 60 jenis, dan di dataran rendah ada sekitar 90 jenis, diharapkan JICA dan Taman Nasional dapat bisa melengkapi data fenologi dan taksonoinya.

Ibu Desitarani (JICA -Technical Assistant)

Pada saat identifikasi tumbuhan dengan LIPI, Infasive spesies ditemukan hingga ketinggian 1.500 mdpl. Pada ketinggian 1.400 mdpl banyak ditemukan Acacia decurrens, tetapi juga ditemukan jenis Kerembi, Tutup, dan sebagainya. Penanganan Acacia decurrens sudah ada dalam kegiatan dan diterangkan menggunakan flowchart. Dan pada ketinggian 1.450 mdpl ditemukan jenis infasive spesies dengan jenis yang berbeda.

Ibu Reiko Hozumi (JICA-Project Manager)

Kepada Bapak Kus Priyadi, di Jepang ada tumbuhan exotic, pemerintah Jepang juga telah membuat peraturan dan hukum untuk mengontrol tumbuhan exotic di Taman Nasional, Kami akan menjelaskan di project meeting selanjutnya.

Ibu Mari Miura (JICA-Indonesia)

Terimakasih atas presentasi kelima site. Peran masyarakat penting dalam kegiatan restorasi. Bagaimana cara mengetahui kriteria dampak restorasi? Kegiatan restorasi sudah berlangsung 2 tahun, dampak restorasi sebetulnya tidak cepat, tetapi apakan sudah ada dampak restorasi pada saat ini?

Bapak Hideki Miyakawa (JICA-Chief Advisor)

TNGM: Kita melakukan uji coba restorasi di lokasi bekas erupsi dengan menggunakan beberapa teknik, yang nantinya akan menghasilkan sebuah pedoman yang dapat digunakan di lokasi pada lokasi lain dengan ekosistem yang sama. Masalah tumbuhan exotic Acacia decurrens di Mriyan, dan Kaliandra di Ngablak bila dibiarkan saja maka kita akan kesulitan untuk melakukan uji coba restorasi. Seharunya jenis exotic ditebang/dipangkas, tetapi tidak bisa dilakukan karena adanya peraturan pemerintah. Proyek ini adalah peroyek uji coba restorasi, sehingga mungkin kita bisa mendapatkan izin dari Kepala Balai untuk melakukan kegiatan penanganan exotic spesies.

NBTS: Kita bisa melakukan studi banding terkait danau, tolong dicarikan lokasi yang sukses untuk dilakukan studi banding.

TNGC: Apabila dalam presentasi Bapak Widodo dikatakan bahwa persentasi hidup rata-rata adalah 75%, maka kita harus mencari tahu akibat dari kematian tanaman tersebut.

TNMTD: Kita dapat melakukan studi banding untuk masyarakat terkait biogas dari kotoran sapi. Kepala Balai dapat mebuat proposal terkait studi banding tersebut, sehingga kita bisa melakukan studi banding tahun depan.

TNS: Saya mengerti dengan kurangnya komunikasi antara JICA, Taman Nasional, Field Manager,dan Konsultan, sehingga Saya berencana untuk mengadakan pertemuan pada awal bulan Agustus untuk membahas kegiatan dan masalah yang ada bersama dengan instansi-instansi terkait.

Ibu Nining (Setditjen PHKA)

Terkait Exotic spesies yang menjadi masalah dibeberapa Taman Nasional, Dirjen PHKA juga saat ini sedang mendiskusikan masalah Exotic spesies. Jika Ibu Hozumi akan menyampaikan pengalaman terkait jenis exotic di Jepang, nanti akan segera diinformasikan kepada KKH. Terkait Studi banding pengelolahan danau, dispesifikasikan terdahulu apakah lokasi yang dipilih untuk studi banding adalah lokasi yang sukses penangannannya atau lokasi yang sama?. Beberapa danau tersebut antara lain Danau Limboto, salah satu danau di Riau yang rencananya akan dijadikan TN. Zamrut, Danau Sentarum, Danau Tempe, Danau Semayang, dan Danau Singkarak.

PRESENTASI SESI II

Pemaparan Kemajuan Project-Reca selama 2010-2011
oleh Bapak Hideki Miyakawa (JICA-Chief Advisor)

(Terlampir)

Pemaparan Rencana kegiatan Project-Reca Tahun Anggaran 2012
oleh Bapak Hideki Miyakawa (JICA-Chief Advisor)

(Terlampir)

DISKUSI SESI II

Ibu Emy Endah Suwarni (Counterpart/Kepala Bidang Teknis Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru)

Terkait adanya kontrak antara Universitas Brawijaya dengan JICA, antara lain laju erosi, penanganan infasive spesies, dan mikro fauna, sebelum dilaksanakan di lapangan, sebaiknya Universitas Brawijaya memprsentasikan terlebih dahulu kegiatan tersebut, agar kami bisa mengikuti kegiatan tersebut di lapangan.

Bapak Kus Priadi (Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi)

Bila di Jepang sudah ada pengalaman antisipasi spesies exotic dan sukses, mungkin kita bisa melakukan studi banding ke Jepang. Untuk tahun 2012, apakah JICA bisa melakukan penanganan infasive spesies di TNGM? Karena tidak ada rencana tersebut dalam paparan Bapak Miyakawa.

Bapak Toni Artaka (Counterpart/ Staf Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru)

Perlu adanya penyusunan buku yang berkaitan dengan infasive spesies, dan bekerjasama dengan LIPI. Antara lain taksonominya, indikator pada site, dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk menangani infasive spesies tersebut.

Bapak Ridwan Pambudi (Counterpart/ Staf Balai Besar Taman Nasional Sembilang)

Informasi dari Manager Lapangan, masyarakat mendukung kegiatan uji coba restorasi ini. Diharapkan UNSRI juga melakukan presentasi untuk kegiatan yang akan dilaksanakan di lapangan, apakah metode yang dirancang aplikatif atau tidak di lapangan, hal ini juga perlu masukan dari manager lapangan karena manager lapanganlah yang bertanggung jawab untuk kegiatan yang ada di lapangan.

Ibu Pujiyati (DitKKBHL)

Draft pedoman restorasi yang telah dibuat apakah sudah dibagikan ke lima site, dan sudah dibaca atau belum, bagaimana dengan tanggapan dari masing-masing site tersebut? Karena yang menggunakan pedoman tersebut adalah orang-orang yang ada di lapangan, sehingga kita bisa tau pedoman tersebut dapat digunakan secara sederhana atau tidak.

Bapak Heru Wibowo (Kepala Seksi-KLN)

Kami tidak melihat Minutes of Meeting sebelumnya, sehingga kita tidak bisa tau pencapaiannya bagaimana. Biasanya setiap JCC menghasilkan rekomendasi atau tahapan penyusunan draft pedoman restorasi, dan untuk mengusulkan JCC selanjutnya. Kami sangat apresiasi karena Project Meeting dilaksanakan setiap tiga bulan sekali, sehingga kita bisa mengetahui aplikasi dari rekomendasi JCC sebelumnya.

Ibu Reiko Hozumi (JICA-Project Coordinator)

Untuk Bapak Kuspriyadi, rencananya kami akan membuat jadwal Counterpart Training untuk melihat lokasi penanganan exotic spesies di daerah Hokaido, Jepang.

Bapak Hideki Miyakawa (JICA-Chief Advisor)

Kepada Ibu Emy, Kami akan melakukan pertemuan sosialisasi antara UNBRA dengan instansi dan masyarakat terkait.

Kepada Bapak Ridwan, komunikasi antara pihak sangat penting. Kita akan melakukan pertemuan secepat mungkin, mungkin sekitar awal bulan Agustus.

Kepada Ibu Puji, draft pedoman sudah ada, kita akan membagikan kepada kelima Taman Nasional untuk diaplikasikan dan didiskusikan kembali.

Kepada Bapak Heru, selama dua kali JCC meeting, belum ada Minutes of Meeting, hanya notulensi dan dokumentasi saja, sehingga tidak ada kesimpulan dan rekomendasi. Kali ini kita akan mebuat Minutes of Meeting termasuk kesimpulan dan rekomendasi.

Ibu Nining (Setditjen PHKA)

Minutes of Meeting adalah output dari JCC meeting, sehingga ada kesimpulan dan rekomendasi, dan pedoman untuk pertemuan selanjutnya. Selama dua kali JCC meeting, tidak ada Minutes of Meeting, draftnya sudah ada, sehingga tinggal ditandatangani saja.

Terkait Joint Midterm Evaluation, yang dilaksanakan dipertengahan kegiatan project, record of discussion mengusulkan Joint Evaluation, dan mengecek kembali sudah sampai mana kegiatan berlangsung.

Bapak Hendra Gunawan (LITBANGHUT)

PUSLIT konservasi dan rehabilitasi mempunyai project untuk penanganan infasive spesies di kawasan konservasi, dan saat ini sudah memasuki tahun ketiga. Perlu koordinasi untuk menangani masalah ini, jangan sampai adanya pengeluaran dana yang sia-sia. Kita bisa melakukan kerjasama dengan PUSLIT untuk mencoba menangani masalah infasive spesies di Merapi dan Gunung Ciremai.

FotoKondisi JCC Meeting

FotoSambutan dari Ms. Mari Miura

FotoPresentasi dari masing-masing Taman Nasional

FotoFoto Bersama


PAGE TOP

EXCURSION di Project Site : Taman National Bromo Tengger Semeru

Setelah melaksanakan JCC Meeting, partisipan melaksanakan excursion di TNBTS. Excursion dilaksanakan hingga pukul 6 sore, dan kemudian dilanjutkan dengan diskusi di Pondok Penelitian hingga pukul 8 malam.

Kegiatan yang dilaksanakan di Danau Ranu Pani adalah pembuatan batu bata tanpa bakar untuk mengurangi sedimentasi , dan mengendalikan Salvinia (exotic spesies)

Bahan pembuatan batu bata tanpa bakar berasal dari sedimentasi yang ada di Danau Ranu Pani, dan dilaksankan oleh kelompok kerja yang berasal dari masyarakat sekitar. Mereka juga membuat dam kecil menggunakan batu bata tersebut untuk mencegah sedimentasi.

Project juga melakukan pencegahan terhadap Salvinia (exotic spesies) dengan cara bekerja sama dengan masyarakat sekitar, beberapa perusahaan swasta dan beberapa organisasi lainnya. Setelah selesai membersihkan Salvinia, masyarakat melindungi Danau Ranu Pani dengan cara berpatroli secara rutin untuk membersihkan sisa-sisa Salvinia di disekitar pinggiran danau tersebut.

Selain pembuatan batu bata tanpa bakar dan pencegahan Salvinia, project juga melakukan penelitian di lokasi uji coba, yaitu jenis tumbuhan apa yang cocok untuk restorasi pada lokasi yang nantinya akan digunakan sebagai hutan koleksi.

Lokasi uji coba restorasi berada pada ketinggian 2.100 mdpl, dengan suhu mencapai -4℃, sehingga setiap anakan ditutup dengan kain dan bambu keranjang untuk mencegah embun beku. Selain itu, pembuatan parit disekitar anakan juga telah dilaksanakan agar embun beku melewati parit yang telah dibuat.

Minutes of Meeting
The 3th Joint Coordinating Commitee
PHKA-JICA Project on Capacity Building For Restoration of Ecosystems in Conservation Areas
Malang, 17 Juli 2012

  1. Kelima taman nasional sasaran kegiatan proyek mengusulkan pemberdayaan masyarakat menjadi bagian penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan restorasi ekosistem
  2. Kajian tentang proses suksesi alami pada lima site ujicoba restorasi perlu dilakukan oleh proyek JICA-RECA sebagai masukan dalam pedoman teknis restorasi
  3. Kegiatan proyek di lima taman nasional perlu dilengkapi dengan survey mengenai tegakan hutan di areal restorasi dan disekitarnya sebagai baseline data untuk menentukan pola restorasi yang akan digunakan dan pemilihan spesies dalam program restorasi ekosistem
  4. Usulan untuk mengadakan pelatihan atau demonstration plot untuk pengembangan pupuk kompos, pengkandangan ternak sapi dan pembuatan padang pakan ternak dalam kaitan dengan program restorasi ekosistem di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru, diminta kepada Kepala Balai membuat proposalnya.
  5. Diusulkan untuk melakukan ujicoba penanganan spesies eksotik dan invasif seperti jenis kaliandra (Caliandra calothyrsus) di Taman Nasional Gunung Ciremai dan spesies Acacia decurens di Taman Nasional Gunung Merapi, Kirinyu (Clibadium surinamensis) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai input untuk pembuatan pedoman teknis restorasi dan diharapkan merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan serupa di taman nasional lain.
  6. Dalam "Field Guide Book of Restoration Plants" disarankan untuk dilengkapi dengan referensi penanganan dan pengelolaan mengenai spesies eksotik dan invasif di lima site ujicoba restorasi
  7. Perlu dibangun koordinasi dengan badan Litbang Kehutanan terkait dengan study dan penelitian jenis-jenis eksotik dan invasif di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, Taman Nasional Gunung Merapi dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan diharapkan adanya sharing informasi hasil-hasil penelitian Badan Litbang Kehutanan terhadap spesies invasif di taman nasional lain seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
  8. Membuat rancangan pelaksanaan restorasi yang terkait dengan perlakuan-perlakuaan penanganan invasif dan eksotik spesies bersama-sama dengan Kepala Balai Taman Nasional di Taman Nasional Gunung Ciremai, Taman Nasional Gunung Merapi dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
  9. Dengan adanya registrasi proyek JICA-RECA, perlu dilakukan konsolidasi data achievement proyek, sekaligus melengkapi penetapan/penunjukan counterpart pada masing-masing lokasi serta mendiskusikan peluang ketersediaan counterbudget.
  10. Untuk mengetahui rencana penerapan kontrak antara JICA-RECA dengan konsultan lokal, diminta kepada konsultan lokal Universitas Brawijaya yang akan melaksanakan study laju sedimentasi, study microfauna dan pemanfaatan jenis invasif kirinyu dan Universitas sriwijaya yang akan membantu menyusun draft pedoman teknis restorasi ekosistem mangrove di Taman Nasional Sembilang, untuk mempresentasikan terlebih dahulu proposalnya kepada balai taman nasional terkait dan proyek JICA-RECA selambat-lambatnya bulan Agustus 2012.
  11. JICA diminta untuk mendistribusikan kembali draft pedoman teknis restorasi ekosistem yang telah disiapkan kepada DKKBHL dan lima kepala balai taman nasioanal terkait proyek JICA-RECA
  12. Diusulkan adanya study banding yang berkaitan dengan kegiatan restorasi danau, penanganan invasif dan eksotik spesies di Indonesia.
  13. Terkait dengan kegiatan midterm joint evaluation yang akan dilaksanakan pada tanggal 16 Spetember – 6 Oktober 2012, diminta agar keduabelah pihak agar mempersiapkan wakil-wakil anggota joint evaluation team.
  14. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru bersama dengan JICA-RECA diharapkan melakukan pemantauan dan evaluasi penanganan sedimentasi, pembersihan salvinia, pemanfaatan sedimentasi untuk pembuatan batu bata tanpa bakar, dan pemanfaatan salvinia sebagai mulsing, media tanam dan pupuk organik serta merencanakan pengembangan ekowisata di danau Ranu Pane yang dilaksanakan dengan kolaborasi bersama masyarakat dan private sector.
  15. Untuk mengukur keberhasilan uji coba restorasi dan dampak aktifitas proyek restorasi di lima taman nasional, perlu menyusun standar parameter kriteria dan indikator untuk menilainya.
  16. Agar pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat berjalan dengan tertib, perlu disusun pedoman pelaksanaan monitoring dan evaluasi ujicoba restorasi seperti persentase tumbuh, ukuran diameter, tinggi pohon, jumlah cabang, kenampakan pertumbuhan (normal, sehat, buruk) dll.
  17. Joint Coordinating Commitee (JCC) Meeting ke empat akan dilaksanakan pada bulan April tahun 2013, dan sebaiknya diselenggarakan di Jakarta agar lebih efektif dan dapat dihadiri para stakeholder nasional.

Foto1. Pondok penelitian

Foto2. Pmbuatan Batu bata tanpa Bakar

Foto3. Pondok Kerja Conbloc Sediment

Foto4. Patoroli working group

Foto5. Sampah Salvinia

Foto6. Lokasi Danau Ranu Pani yang sudah dibersihkan

Foto7. Kubun Koleksi

Foto8. Pencegahan Pembengkuan

Foto9. Peninjauan Sakusesi alami di Project site(2100m)

Foto10. Project site di Ranu Regulo(2100m) dan Gunung Semeru(3676m)

PAGE TOP

Copyright © Japan International Cooperation Agency