Japan International Cooperation Agency
Share
  • 日本語
  • English
  • Français
  • Espanol
  • Home
  • About JICA
  • News & Features
  • Countries & Regions
  • Our Work
  • Publications
  • Investor Relations

Project News

2013-05-21

-Notulensi-
Project Meeting
Project on Capacity Building for Restoration of Ecosystems in Conservation Areas
Selasa, 21 Mei 2013, Hotel Menara Peninsula

Waktu Acara Pembicara
08.30-08.35 Pembukaan oleh moderator  
08.35-08.50 Presentasi Pekerjaan selama 2 Tahun (2011-2013) JICA Coordinator/ Expart (Reiko Hozumi)
08.50-09.05 Pemaparan kemajuan Kegiatan 4 bulan terakhir (Feb-May 2013) di TN. Gunung Merapi Field Manager (Bapak Sulistyono)
09.05-09.20 Pemaparan kemajuan Kegiatan 4 bulan terakhir (Feb-May 2013) di TN. Gunung Ciremai Field Manager (Bapak Nurhadi)
09.20-09.35 Pemaparan kemajuan Kegiatan 4 bulan terakhir (Feb-May 2013) di TN. Sembilang Field Manager (Bapak Slamet)
09.35-09.55 Pemaparan kemajuan Kegiatan 4 bulan terakhir (Feb-May 2013) di TN. Manupeu Tanahdaru Field Manager (Bapak Marthen)
09.55-10.15 Pemaparan kemajuan Kegiatan 4 bulan terakhir (Feb-May 2013) di TN. Bromo Tengger Semeru Field Manager (Bapak Andi)
10.15-10.45 Coffee Break  
10.45-11.35 Diskusi  
11.35-11.45 Pemaparan Kemajuan Kegiatan 4 bulan terakhir (Feb-May 2013) dan Rencana Kegiatan 5 bulan kedepan JICA Chief Advisor (Mr. Hideki Miyakawa)
11.45-11.55 Pemaparan Pedoman Tata Cara Pelaksaan Restorasi JICA National Consultant (Bapak Darsono)
11.55-12.20 Diskusi II  

Moderator: Bapak Darsono

Presentasi (08.35-10.15)
Ibu Reiko Hozumi, JICA-Project Coordinator

"Pemaparan Pekerjaan Selama 2 Tahun (2011-2013)"

"Kemajuan (3 bulan) dan Rencana Kegiatan (3 bulan)" dari Field Manager

  1. Taman Nasional Gunung Merapi
  2. Taman Nasional Gunung Ciremai
  3. Taman Nasional Sembilang
  4. Taman Nasional Manupeu Tana Daru
  5. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Coffee Break (10.15-10.45)

Diskusi I (10.45-11.40)
Bapak Bambang Darmadja, Kepala Balai TN. Gunung Merapi

Terkait uji coba di TN. Gunung Merapi, diharapkan penanaman dengan kantong serabut kelapa diprioritaskan pada kemiringan lereng 45°. Sedangkan press-blok dilakukan di lokasi yang datar. Agar tanaman cepat tumbuh.

Terkait embung air, FM TNGM diharapkan melakukan pendekatan dengan masyarakat secara bersama, sehingga tidak akan menimbulkan gejala sosial dengan masyarakat. Kerjasama dengan masyarakat sebagai pokja dan aparatur diharapkan dapat bermanfaat.

Terkait jenis Acacia decurent, merupakan jenis recovery lahan pasca erupsi, tetapi ini jenis adalah tumbuhan eksotik. Di Baluran, sudah dilakukan pengendalian dari tahun lalu, dengan menggunakan traktor, tetapi tumbuh kembali. Kami mengharapkan adanya hasil kajian dari ahli (Lipi, perguruan tinggi, maupun hasil uji coba) sehingga JICA bisa mengatasi permasalah ini dengan cara yang paling efektif.

Bapak Hideki Miyakawa, JICA-Chief Advisor

Kita menerapkan beberapa tehnik di lapangan, tetapi sampai sampai sekarang belum ada verifikasi secara statistik. Diharapkan kita dapat melakukan monitoring dan analisa data untuk verifikasi.

Dari hasil presentasi, jenis tanaman di masing-masing site masih sedikit. Perlu ditingkatkan penambahan jenis tanaman. Dr. Okabe dapat membantu dalam persemaian untuk meningkatkan penambahan jenis tanaman tersebut.

Teknik restorasi tidak hanya penanaman, melainkan suksesi alami, suksesi alami dengan bantuan, dan pengkayaan. selain itu ada tehnik pengendalian eksotik species, kebakaran hutan, hama penyakit, frost, dan lain sebagianya. Rencananya tahun depan kita akan mempublikasikan tehnik-tehnik tersebut.

Pada presentasi Field Manager, penyebutan jenis tanaman masih menggunakan nama lokal. Proyek ini adalah proyek kerjasama antara pihak Jepang dan pihak Indonesia, sehingga nama ilmiah lebih baik digunakan dibandingkan nama lokal dalam presentasi.

Bapak Sarno,UNSRI

Terkait embung air, Bapak Sulis mengatakan ada masalah kebutuhan air pada saat musim kemarau. Disarankan FM dapat menyarankan kepada masyarakat untuk membuat embung air juga, sehingga sama-sama bisa bermanfaat.

Terkait pengendalian hama dan penyakit, terdapat hama penggerek batang di TN. Gunung Merapi dan hama ulat TN. Manupeu Tanah Daru. Bagaimana cara pengendaliannya? Pengendalian ini bisa menjadi masukan Kami di TN. Sembilang.

Bapak Marten Hamba Banju, Field Manager TN. Manupeu Tanah Daru

Serangan ulat datang pada saat musim hujan dan menyerang pucuk tanaman. Pengendalian hama ulat pernah dilakukan dengan menggunakan ekstrak cabe. Komposisi ekstrak cabe belum jelas, hanya dirasakan pedas saja. Kemudian ekstra cabe disaring dengan kain kemudian disemprotkan pada tanaman yang terserang. Hasil sementara bagus, dan pengamatan ini akan dilanjutkan.

Bapak Sulistyono, Field Manager TN. Gunung Merapi

Kepada Bapak Bambang, terkait Accacia decurent, kita dapat membunuh akasia dengan mengelupas kulitnya.

Kepada Bapak Sarno, saran embung tersebut akan dicoba. Dan terkait hama, hama menyerang tanaman jenis dadap dan cangkring. Pengendalian hama sulit dilakukan karena tidak terlihat, karena hama tersebut berada di dalam batang. Sedangkan kita baru dapat mengetahui pohon terserang hama pada saat batang tanaman sudah patah.

Bapak Hawal Widodo, Staf TN. Gunung Ciremai

Di TNGC ada penambahan luas areal penanaman sebanyak 2 Ha, yaitu di Lambosir dan Seda. Di Lambosir lokasi uji coba sudah berbatasan dengan RHL, sehingga lebih baik untuk dilakukan pengkayaan dengan pola tanam acak tidak beraturan.

Uji coba tahun kemaren dapat diteruskan dengan pengambilan data menggunakan sistem acak/ cemplongan. Mohon tidak menanam tanaman monokultur dan jalur, dengan tujuan untuk menghindari tanaman termakan satwa.

Bapak Lutfy Yusuf, Staf TN. Manupeu Tanah Daru

Di TN. Manupeu Tana Daru, ada 3 pola uji coba restorasi, yaitu suksesi alami dengan bantuan, pengkayaan dan penanaman. Pada tabel isian dari JICA, jumlah luasan yang ada tidak dilakukan penanaman keseluruhan. Perlakuan pada lokasi suksesi alami dengan bantuan hanya penjagaan dan pembersihan. Kami membutuhkan national expert untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.

Ibu Hozumi sudah melakukan mencari perusahaan untuk membantu kegitan proyek ini. Apakah ada perusahaan yg bisa berpartisipasi di TNMT?

Bapak Tatang, Kepala Balai TN. Sembilang

Infasive spesies jenis Akasia juga pernah terjadi di TN. Baluran. Tumbuhan infasive di TN. Gunung Merapi (Acacia decurrens) berdampak positive karena tumbuh cepat, sehingga mengurangi dampak erosi. Sedangkan tumbuhan infasive di TN. Baluran (Acacia nilotica) berdampak negatif karena berdampak pada ketersedian pakan bagi satwa. Awalnya vegetasi di TN. Baluran adalah vegetasi savana, dan ditumbuhi akasia yang merupakan jenis pionir dan cepat tumbuh, sehingga menyebabkan ketersediaan pakan terutama bagi satwa benteng dan kerbau menjadi berkurang.

Cara penanganan infasive spesies di TN. Gunung Merapi dengan cara menguliti batang sudah pernah dilakukan di TN. Baluran. Sebagian tanaman mati, tetapi mengakibatkan pertumbuhan tunas baru hingga 10-15 batang per pohon yang mati. Hal ini mengakibatkan peningatan populasi akasia yang lebih cepat. Penanganann dengan cara memberikan zat kimia dalam pohon juga sudah dilakukan, sebagian pohon juga mati, tetapi bila populsi akasia > 1.00 pohon/ Ha, cara ini juga tidak efektif. Upaya terakhir adalah dengan membongkar lahan hingga ke akarnya. Dalam 3 bulan dapat mencapai 10 Ha, pohon yang mati dijadikan arang. Pembongkaran ini mengakibatkan tanah bagian atas terbalik, sehingga biji akasia di dalam tanah menjadi tumbuh kembali pada saat musim hujan.

Pemberantasan jenis akasia harus dilakukan secara efisien. Sebaiknya dibiarkan tumbuh dan melakukan penanaman jenis endemik di sela-sela tumbuhan akasia. Hal ini akan mengakibatkan persaingan antara akasia dengan jenis endemik yang ditanam. Jenis aksia juga tidak akan bisa hidup pada saat jenis endemic telah tumbuh besar, karena akasia tidak akan hidup pada kondisi yang ternaungi.

Ibu Retno Sulastri, Staf Dit. KKBHL

Biogas berhasil di TN. Manupeu Tanah Daru, ternak sapi dan kotoran juga banyak terdapat di sana. Lokasi tersebut bisa dijadikan lokasi percontohan. Pemda akan tertarik terhadap sumber daya tersebut, diharapkan TN dapat kerjasama dengan pemda/LSM di sana, sehingga lokasi ini dapat dijadikan lokasi pelatihan untuk kader konservasi, dan proyek menjadi bermanfaat untuk masyarakat sekitar dalam hal pendidikan dan pengetahuan.

Bapak Hideki Miyakawa, JICA-Chief Advisor

Akan ada dua National Expert, satu national expert untuk 4 TN, yaitu monitoring, pengumpulan data, analisa, dan verifikasi. Dan satu national expert khusus teknik restorasi Mangrove di TN. Sembilang. Kita akan minta rekomendasi dari Dit. KKBHL untuk mencarikan National Expert.

Bapak Heru Rahardjo, Kepala Balai TN. Manupeu Tanah Daru

Kami sudah melakukan beberapa pelatihan biogas di tiga kabupaten. Permaslahannya tingkat pemahanan teman-teman di pemda sangat kurang, dan penduduknya masih ada kesenjangan sosial. Sehingga suatu program yang kami buat akan sulit untuk direalisasikan, tetapi kami akan selalu berusaha. Kami akan mengusulkan setelah proyek selesai akan menjadikan kegiatan kader konservasi, contohnya pramuka, dan lain sebagainya.

Bapak Bambang Darmadja, Kepala Balai TN Gunung Merapi

Alangkah lebih baik apabila bekerjasama dengan BPDASPS mengenai pemograman tanaman jenis Mayela yang akan digunakan oleh masyarakat Sumba.

Bapak Sutjipto, Kepala Bidang Wilayah III TN Bromo Tengger Semeru

Terkait Acacia Decurrens, tahapan rehabilitasi untuk lahan kritis adalah jenis pionir untuk pra-kondisi (sekitar 1-2 tahun) bila kegiatan restorasi haya 4 tahun, sehingga tidak akan tercapai hasilnya. Sebaiknya dipelajari kondisi awal apakah wilayah tersebut memang pantas untuk dilakukan restorasi atau tidak.

Ibu Retno Sulastri, Staf Dit. KKBHL

Ada pelatihan di salah satu taman nasional, dan bekerjsama dengan pemda (dinas parawisata lokal). Kita tidak bisa bekerja sendiri, diharapkan kita dapat bekerjasama dengan pemda setempat. Selain itu kita dapat bekerja sama dengan LSM lokal, karena pergerakannya lebih cepat dan semangat yang besar. Kita di pusat mendukung kegiatan di masing-masing UPT.

Presentasi (11.40-11.55)
Bapak Hideki Miyakawa, JICA-Chief Advisor

"kemajuan selama 4 bulan (Feb-Mei 2013) dan rencana kegiatan selam 5 bulan (Mei-Oktober 2013)"

Bapak Darsono, JICA-National Consultant

"Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Restorasi"

Diskusi II (11.55-12.20)
Bapak Sarno, Konsultan TN. Sembilang

Istilah dan singkatan akan mengacu pada narasi/ naskah pada buku panduan. Ada beberapa istilah yang dapat dimasukan/ disetujui. Antara lain hama, infasive spesies, eksotik, mangrove, pengendalian, dan pemberantasan yang ada di lima site.

Bapak Dulhadi, Kepala Balai TN. Gunung Ciremai

Proyek JICA tinggal 2 tahun lagi. Progress utama yang perlu dicapai apa? Terkait Akasia tidak menajdi prioritas utama, yang terpenting adalah metode restorasi, jangan sampai tujuan utama terbengkalai. Masalah kebakaran dan ternak, harus ditangani dengan cepat.

Bapak Darsono, JICA-National Consultant

Kegiatan proyek akan diintensifkan tahun ini di masing-masing site dan pusat, termasuk tenaga ahlinya juga.

Bapak Sutjipto, Kepala Wilayah III TN Bromo Tengger Semeru

Di kawasan konsevasi terdapat aturan yang sudah ada. Aturan yang belum ditetapkan sebaiknya langsung diimplementasikan. Pedoman ini sebaiknya ada payung hukum. Pedoman restorasi harus fokus.

Bapak Sulistyono, Field Manager TN. Gunung Merapi

Terkait draft pedoman tata cara restorasi, pedoman perlu dibahasa satu persatu, sehingga apakah tahapan awal bersambungan dengan tahap selanjutnya atau tidak.

Bapak Marten Hamba Banju, Field Manager TN. Manupeu Tanah Daru

Setelah proyek selesai, site akan menjadi lokasi pendidikan lingkungan, sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Sampai sekarang, kami sudah melakukan kegiatan studi silang dengan LSM Burung Indonesia dan Kelompok Hutan Lestari. Program ini bisa lebih bermanfaat nantinya.

PhotoFoto peserta Joint Coodination Committee (20 Mei 2013)

PhotoSesi Diskusi pada saat acara Project Meeting (21 Mei 2013)

PAGE TOP

Copyright © Japan International Cooperation Agency