Berita Proyek

Pada tanggal 30 September 2009, gempa dengan kekuatan 7,6 Skala Richter mengguncang samudera Hindia, di lepas pantai Padang, propinsi Sumatra barat pada pukul 17:16 WIB. Tepatnya berlokasi di kota padang, kota Pariaman, kecamatan Padang pariaman, dimana kota tersebut mengalami kehancuran yang lebih besar akibat bencana gempa bumi. Di daerah tersebut, banyak terdapat bangunan-bangunan roboh, rumah, dan beberapa bagian di daerah pegunungan terdapat retakan.

Untuk merespon mengenai kejadian tersebut, maka pada tangal 02- 05 Oktober 2009, terdapat 5 orang anggota diantaranya yaitu Direktur SABO technical centre, Departemen Pekerjaan umum, dan tenaga ahli dari JICA, mengadakan peninjauan lapangan guna mengetahui situasi setelah terjadinya bencana sedimen khususnya gempabumi. Peninjauan lapangan lebih difokuskan di kota Padang dan Padang Pariaman dimana di daerah tersebut mengalami kehancuran yang lebih besar akibat gempa.

Hasilnya, diketahui bahwa reruntuhan tebing/ longsor seringkali terjadi, khususnya di daerah Patamuan, kecamatan Padang pariaman. Di desa Tandike, longsor kerapkali terjadi di tiga tempat, yang berubah menjadi longsoran lumpur, yang mengumpul di bagian hilir. Selain itu juga, banyak terdapat batuan sedimen akibat longsor yang berada di daerah lereng pegunungan dan sungai.

Sangat tidak mudah, untuk mengetahui lebih banyak mengenai kondisi kehancuran, karena jalanan di sekitar daerah pegunungan di penuhi oleh reruntuhan yang disebabkan oleh longsor, dan beberapa fasilitas pun juga mengalami kerusakan. Untuk berusaha menangkap proyeksi lengkap　bencana sedimen, pada titik awal akan berkontribusi pada penanggulangan yang tepat dan tepat untuk pemulihan / restorasi

Photo : Longsor yang terjadi di desa Tandike