Japan International Cooperation Agency
Share
  • 日本語
  • English
  • Français
  • Espanol
  • Home
  • About JICA
  • News & Features
  • Countries & Regions
  • Our Work
  • Publications
  • Investor Relations

Project Activities

Latar Belakang

Sehubungan dengan mutu pendidikan menengah pertama di Indonesia, mutu guru ternyata masih rendah. Peningkatan mutu guru menjadi bagian dari tiga persoalan penting dalam Rencana Strategis (RENSTRA) 2005-2009, untuk tingkat menengah pertama, 36.36% (sekitar 227.000 guru)*1 dari seluruh jumlah guru masih belum memiliki persyaratan minimal yaitu memiliki gelar sarjana atau program D IV seperti yang dicantumkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen 2005. Di Peringkat PISA*2 pada tahun 2006, Indonesia menempati urutan ke-50 dalam melek ilmiah, ke-28 dalam melek huruf, dan ke-50 dalam melek matematis dari 57 negara. Dibandingkan dengan hasil PISA pada tahun 2003 (Indonesia menempati peringkat ke-38 atau 39 dalam melek huruf, matematis dan ilmiah dari 40 negara), maka belum bisa disimpulkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia telah meningkat.

Dalam konteks ini, JICA memberi dukungan pada bidang mutu pendidikan, khususnya meningkatkan pendidikan IPA dan Matematika melalui Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education (IMSTEP, 1998-2003).

Program Pengembangan Pengajaran IPA dan Matematika untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, Program IMSTEP Follow-up (2003-2005) dan Program for Strengthening In-service Teacher Training for Science and Mathematics (SISTTEMS, 2006-2008) – Program Penguatan Pelatihan Guru dalam masa jabatan untuk IPA dan Matematika. SISTTEMS yang membidik seluruh guru IPA dan Matematika SMP*3 di tiga kabupaten dan mengatur ulang pelatihan guru dalam masa jabatan di tingkat kabupaten dengan memperkenalkan Lesson Study (LS) berhasil mencapai hasil yang signifikan dalam 2 tahun. Departemen Pendidikan Nasional sangat mengagumi prestasi ini. Ketiga kabupaten yang dirangkul oleh SISTTEMS menjadi daerah percontohan di Program saat ini guna Meningkatkan Mutu Pendidikan Menengah Pertama.

JICA memberi dukungan dalam bidang Pengembangan Sekolah Berbasis Masyarakat dari tahun 1999 sampai 2008 melalui Regional Education Development and Improvement Program (REDIP) - Program Peningkatan dan Pengembangan Daerah – (REDIP Fase1, REDIP Fase2, dan REDIP). Di tingkat daerah, model PSBM diimplementasikan di seluruh SMP di Kabupaten Brebes dan Pekalongan di Propinsi Jawa Tengah serta Kota Bitung di Propinsi Sulawesi Utara. Akhirnya, pemerintah kabupaten dan kota mengambil alih program dalam segi anggaran, teknik dan organisasi. Mereka menjadi independen dan sangat berhasil.

Program ini memanfaatkan keuntungan dari hasil dan pengalaman proyek serta program sebelumnya, dan bertujuan untuk menyebarkan model PSBM dan LS secara luas di negara ini.

*1 Departemen Pendidikan Nasional, Statistik Pendidikan Indonesia secara singkat 2006/2007, hal.81
*2 Hal ini merupakan program OECD yang mengukur seberapa jauh siswa memahami ilmu dan ketrampilan yang penting untuk mengambil peran secara penuh dalam masyarakat.
*3 Para guru MTs di bawah naungan DEPAG mengikuti SISTTEMS atas dasar sukarela.

Figure 1
Bagan Perumusan Program

Lesson Study

Lesson Study dimulai di Jepang sekitar tahun 1870-an. Lesson Study adalah metode berbasis praktik untuk mengembangkan profesionalisme guru dan sikap saling belajar dengan metode praktik sebenarnya di dalam kelas dan dilakukan oleh para guru itu sendiri. Lesson Study dibagi menjadi tiga bagian: perencanaan, observasi, dan refleksi (Gambar 2). Dalam sesi perencanaan, guru ataupun sekelompok guru merencanakan suatu pembelajaran; pada tahap do, satu orang guru melaksanakanpembelajaran berdasarkan rencana yang dibuat, sedangkan rekan-rekan yang lain melakukan observasi; dan selanjutnya guru yang mengajar bersama-sama dengan observer melakukan refleksi atas pembelajaran yang diamati.

Figure 2
Langkah-langkah Lesson Study

PSBM

PSBM adalah Pengembangan Sekolah Berbasis Masyarakat. Ada tiga prinsip dasar PSBM : (1) Mengadaptasi perencanaan sekolah dari bawah (bottom-up planning) bersama dengan komite sekolah dan masyarakat, (2) Akuntabilitas dan transparansi berdasarkan anggaran dan kegiatan sekolah, (3) Komite sekolah dan masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan kegiatan sekolah.

Beberapa contoh kegiatan PSBM sebagai berikut :

  • Sekolah membuat perencanaan sekolah tahunan dengan anggota komite sekolah.
  • Sekolah melaksanakan kegiatan pendidikan dengan kerjasama orang tua dan masyarakat.
  • Sekolah menyelenggarakan sosialisasi pendidikan bagi orang tua.
  • Sekolah menerima sumbangan dalam bentuk apapun dari masyarakat.
  • Sekolah melaporkan kegiatannya kepada orang tua dan anggota komite sekolah.
  • Sekolah melaporkan pendapatan dan pengeluarannya kepada orang tua dan anggota komite sekolah

Figure 3

Gambar 3 menunjukan salah satu contoh organisasi komite sekolah. Beberapa anggotanya terdiri dari orang tua, camat, tokoh masyarakat, dan pengusaha.

Tujuan dari program ini adalah, kapasitas administrasi pendidikan di tingkat nasional maupun daerah diperkuat guna menyebarluaskan dan menerapkan manajemen sekolah berbasis masyarakat (PSBM) dan lesson study (LS) yang perannya sangat penting dalam peningkatan kualitas pendidikan.

Jangka waktu

Program ini akan dilaksanakan selama empat tahun sejak Bulan Maret 2009 sampai Februari 2013.

Rekanan (Counterpart)

Departemen Pendidikan Nasional

  • Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK)
  • Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Mandikdasmen)
  • Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti)

Departemen Agama

  • Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
  • Badan Penelitian Pengembangan dan Pendidikan Pelatihan

Cakupan

Program ini akan dilaksanakan di enam wilayah (kabupaten) dan tiga kota yang dipilih dari tujuh propinsi. Program ini akan berhubungan dengan jenjang pendidikan menengah pertama di kabupaten dan kota tersebut. Gambar 1.3 menunjukkan daerah cakupan

Figure 4

Daerah cakupan PSBM dan LS

Tabel 1.1 menampilkan kabupaten/kota tersebut serta jumlah sekolah target*4.

PropinsiKabupaten/KotaSMPMTsTotalKegiatan
BantenKab. Serang146142288Pengembangan Sekolah Berbasis Masyarakat
Kota Serang603595
Kab. Pandeglang119125244
Jawa BaratKab. Sumedang9245137Lesson study
Yogyakarta Kab. Bantul8317100
Jawa TimurKab. Pasuruan116107223
Sumatra BaratKota Padang811899Daerah baru diseminasi Lesson Study
Kalimantan SelatanKota Banjarbaru17825
Sulawesi UtaraKab. Minahasa Utara64266
Total7784991,277 

Kota Serang merupakan kota pemekaran dari Kabupaten Serang. Jumlah sekolah sasaran di Kota Serang juga termasuk didalam jumlah sekolah sasaran di Kab. Serang.
Sumber : Depdiknas,

*4 SMP Negeri, SMP swasta, MTs negeri dan MTs swasta merupakan sasaran program. Namun, guru MTs swasta dipersilahkan untuk mengikuti program secara sukarela di Kab. Sumedang, Kab. Bantul dan Kab. Pasuruan.

Anggota Tenaga Ahli JICA untuk Program PELITA

Tenaga Ahli JICA terdiri dari delapan anggota International Development Center of Japan (IDCJ), seperti yang tertera berikut :

Nama AhliTugas
Koji SatoKetua Tim/Perencanaan Pendidikan
Naomi TakasawaAdministrasi pendidikan 1/Koordinasi Donor
Norimichi ToyomaneManajemen Pelatihan Guru 1(Manajemen Sekolah Berbasis Masyarakat/PSBM)
Yoko TakimotoAdministrasi Pendidikan 2 / Manajemen Pelatihan Guru 2 (Lesson Study)
Masaaki SatoManajemen Sekolah 1
Yoshitaka TanakaLesson Study 1
Izumi NishitaniLesson Study 2
Shuhei OguchiEvaluasi Pendidikan / Manajemen Sekolah 2

PAGE TOP

Copyright © Japan International Cooperation Agency