Japan International Cooperation Agency
Share
  • 日本語
  • English
  • Français
  • Espanol
  • Home
  • About JICA
  • News & Features
  • Countries & Regions
  • Our Work
  • Publications
  • Investor Relations

Bahan

Tehnik Dasar Pembelajaran

Keberadaan Guru

Memperluas (PDF/285KB)

Beberapa hal yang saya perkenalkan dalam kesempatan ini. Jadi untuk menerapkan pola baru dalam pendidikan ini salah satunya kuncinya adalah bagaimana menciptakan suasana di kelas. Itu yang saya namakan memposisikan diri. Jadi guru harus memikirkan bagaimana memposisikan dirinya. Bukan masalah berdirinya tapi juga menghubungkan siswa dan materi pembelajarannya.

Contohnya sekarang, tadinya saya ada di panggung sekarang turun disini. Mungkin merasa lebih dekat karena jaraknya, tinggi matanya juga lebih dekat dan bisa menghubungkan semua yang ada disini. Dan misalnya kalau ada yang berbicara, saya bisa pindah posisinya dan bisa menghubungkan satu sama lain. Jadi mendengarkan dan menghubungkan. Kalau saya masuk kelas, sudah tahu kapasitas guru itu seberapa. Jadi yang mempunyai keunggulan itu memposisikan dirinya sudah berbeda. Jadi sudah banyak guru yang memposisikan seperti ini supaya bisa menghubungkan satu sama lain. Jadi ini juga contoh yang baik. Jadi anak-anak yang masih kecil juga di kelas baru sudah bisa menciptakan suasana seperti ini.

Contoh ini guru yang baru tahun ini menjadi guru. Jadi guru junior sedang mendengarkan kata-kata yang dikeluarkan adik yang berbaju merah, tapi sekalian menghubungkan hubungannya dengan dua siswa lainnya. Atau yang satu lagi bagian kanan, dia memposisikan diri agak jauh supaya menghubungkan semua siswa yang ada di kelas. Begitu juga foto yang ada dibawah, posisinya menghubungkan satu sama lain. Demikian juga pelajaran berkelompok. Guru tidak seringkali mondar mandir. Tapi memperhatikan apa yang terjadi di kelas.  

Peluang Belajar dan Membangun Hubungan

Memperluas (PDF/241KB)

Ini suasana pembelajaran kolaboratif. Yang penting dalam suasana kolaborasi adalah saling mengajar dan belajar itu hal yang berbeda. Kalau saling mengajar itu sebetulnya satu arah. Tapi kalau saling belajar itu dari siswa yang kurang mengerti yang bertanya ke siswa yang sudah tahu. Tapi implementasinya tidak semudah yang kita bayangkan. Karena pada umumnya anak-anak yang kurang paham itu mau menyelesaikan sendiri. Jadi bagaimana kita mendorong anak yang kurang paham, berani berkata tidak mengerti dan mau diajarkan. Kalau sudah bisa menciptakan suasana seperti ini, pembelajaran juga lancar. Kalau sekolah ini contohnya. Dulu sekolah ini buruk sekali. Jendelanya dipecahkan oleh siswa banyak sekali. Pada musim dingin banyak jendela yang pecah dan dingin sekali kelasnya. Tapi begitu kita menerapkan pembelajaran seperti ini. Berhenti total berantemnya. Jadi kekuatan daya pendidikan pola baru ini sangat besar. Seburuk apapun suasana sekolah bisa menyelesaikan semua sekolah melalui pola ini. Serendah apapun pengetahuan siswa, dengan pola ini semakin meningkat. Dan apa yang saya pelajari dari pengalaman ini bahwa selama siswa punya keinginan untuk belajar. Siswa tidak jatuh ke kenakalannya lagi. Jadi seburuk apapun lingkungan sekitar dan sejahat apapun teman-teman dekatnya, sepanjang si anak punya niat dan semangat belajar. Dia sendiri tidak patah semangat dan jatuh ke kenakalannya lagi.

Peluang Belajar dan Membangun Hubungan (Sekolah Dasar)

Gambar Pembelajaran Kolaboratif (Sekolah Dasar)

Gambar Pembelajaran Kolaboratif (Sekolah Menengah Pertama)

Memperluas (PDF/253KB)

Memperluas (PDF/192KB)

Memperluas (PDF/206KB)


Kalau ini SD kelas 1 -3, karena masih kecil diposisikan berpasangan dan guru di posisi seperti ini. Jadi tantangannya adalah bagaimana guru menciptakan keadaan yang cukup kondusif. Ini gambar yang diambil di SD, di SMP pun sama.

Jadi kalau pola pendidikan baru itu tidak hanya menitikberatkan rencananya saja. Jadi harus menitikberatkan rancangan pengajarannya dan refleksi. Tetapi kalau kita memperhatikan disain dan refleksi, kita harus memperhatikan tanggapan/respon siswa.

Peluang Belajar dan Membangun Hubungan (SMP atau SMA)

Gambar Pembelajaran Kolaboratif (Sekolah Menengah Atas)

Memperluas (PDF/267KB)

Memperluas (PDF/271KB)


Jadi bagaimana menciptakan suasana seperti ini. Anak yang kurang paham yang memberanikan diri bertanya ke temannya yang sudah tahu.

Ini suasana di suatu SMP disana. Jadi anak laki-laki yang didepan menanyakan ke dua anak yang disananya. Yang menarik adalah si perempuan ini. Dia lagi bingung, kurang mengerti soalnya.

Ini di SMA, sekolah ini juga kurang baik baik. Jumlah siswanya 300, diantaranya 200 anak drop out. Sekarang satu digit saja yang drop out.

Tehnik-Tehnik Dasar Pembelajaran (2)

Memperluas (PDF/130KB)

2 detik demikian seperti kalau siswa sudah memiliki ekspresi atau raut muka seperti ini sudah kondusif suasananya. DIa senang karena apa? Tentu karena soal Matematika yang dia hadapi saat ini. Apakah karena itu gembiranya dia? Dia senang bisa mendapatkan teman yang bisa sharing pembelajarannya. Jadi dia senang dan gembira dan belajar disuasana kelas yang ada pembelajaran sama-sama itu. Dan kami sebut suasana ini suasana timbal balik. Jadi pola pendidikan baru ini tidak hanya menciptakan kegembiraan tidak hanya dalam arti belajar saja. Tapi menciptakan makna dan harapan akan pendidikan. Dan pola pendidikan ini juga menciptakan suasana kondusif bagi guru. Jadi kita harus membangun komunitas pembelajaran bagi guru-guru.

Tehnik-Tehnik Dasar Pembelajaran (3)

Tehnik-Tehnik Dasar Pembelajaran (4)

Tehnik-Tehnik Dasar Pembelajaran (5)

Memperluas (PDF/94KB)

Memperluas (PDF/85KB)


Dan pembelajaran yang saya maksud ada 3 pola. Kadang kita hanya melakukan diskusinya saja, tidak ada solusi atau implementasinya. Tentunya pembelajaran itu harus ada isinya atau inti sesuai dengan prinsip mata pelajaran masing-masing. Jadi kalau Matematika, ada pola tertentu atau pola ciri khas tersendiri buat Matematika. Begitu juga sastra dan yang lain. Tapi selain itu kita juga harus menciptakan hubungan saling belajar. Dan hubungan itu bukan hubungan saling mengajar tapi saling mendengarkan. Dan pelajaran itu harus mengandung belajar yang ada lompatan. Maksudnya ada tantangannya. Jadi kalau kita hanya mengajar dari buku saja, maka akan membosankan. Jadi awal pelajaran tentunya kita mengajari dasar-dasar apa yang ada di buku materinya. Tapi kemudian kita juga mengajari sesuatu yang lebih tinggi levelnya yang mengandung tantangannya.

Gambaran Pendidikan di Indonesia

Hubungan Saling Belajar (Hubungan Saling Memperhatikan)

Pembelajaran Timbal-Balik (Sekolah Menengah Pertama)

Guru sebagai Komunitas Pembelajaran Profesional

Pembentukan Kolegalitas dengan Pelatihan Sekolah

Gambar Pelatihan Sekolah (1)

Gambar Pelatihan Sekolah (2) Sekolah Menengah Atas

Persyaratan untuk Menciptakan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Prestasi Akademik

Memperluas (PDF/221KB)

Memperluas (PDF/77KB)

Memperluas (PDF/90KB)

Memperluas (PDF/304KB)

Memperluas (PDF/249KB)


Saya sendiri hanya melihat suasana kelas di Indonesia melalui rekaman videonya tapi menurut penangkapan saya, isi materinya sepertinya kurang menantang. Materi yang mudah-mudah diajarkan terus supaya semua siswa mengerti, itu saya paham. Tapi ada kesalahan dalam hal ini. Justru anak-anak yang kurang mengerti yang terus tidak mendengarkan guru karena membosankan. Oleh karena itu perlu ada tantangan dan lompatannya. Ini salah satu contoh. Kalau sekolah-sekolah yang sudah menerapkan pola pendidikan baru atau komunitas pembelajaran. Level prestasi di sekolah juga semakin naik. Banyak sekolah yang meningkatkan 20 poin.

Bagaimana peningkatan prestasinya pada umumnya kita terbayang peningkatan pengetahuan dasar dulu yang meningkat baru menyusul yang lanjutan tapi justru terbalik. Oleh karena itu, kita harus memasukkan materi yang ada tantangannya. Dan sebagai kesimpulan saya berharap hal ini dijadikan saran dan masukan bagi pendidikan di Indonesia. Saat ini pola pendidikan baru ini secara serentak di negara-negara Asia karena mengalami demokrasi. Memang masalah politik berbeda-beda di setiap negara namun pertumbukan ekonomi itu menuntut demokratisasi. Dan pendidikan itu demokratisasi yang terjadi setiap saat. Coba lihat data statistik, kalau di Indonesia penduduk lansia atau usia 65 tahun ke atas baru hanya 6,4%. Sedangkan di Jepang 28% persen yang lansia. Jadi di Indonesia itu negara yang masih muda-muda penduduknya. Jadi masih banyak anak-anak. Masih ada masa depan. Jadi tantangan atau kerjaan guru adalah menyiapkan atau menyediakan bagi anak-anak yang masih ada masa depannya. Dan saya berharap tidak hanya sekali ini lagi tapi masih ada kesempatan mengunjungi Indonesia.

PAGE TOP

Copyright © Japan International Cooperation Agency