Japan International Cooperation Agency
Share
  • 日本語
  • English
  • Français
  • Espanol
  • Home
  • About JICA
  • News & Features
  • Countries & Regions
  • Our Work
  • Publications
  • Investor Relations

Berita Proyek

2012-10-20

Pengalaman dari Lesson Study Counterpart Training di Jepang

Saya mengenal Lesson Study saat saya mengajar di SMPN 10 Banjarbaru, yaitu melalui kegiatan LS MGMP dan LSBS. Saya juga memahami arti dan makna Lesson Study sebenarnya pada saat saya bergabung dengan Lesson Study club (LSc) dibawah bimbingan Mr. Ryo Suzuki. Saya sebagai guru merasa senang dan terkejut karena kemudian terpilih mengikuti Counterpart Training di Jepang pada 7-20 Oktober 2012 sekaligus menjadi tanggung jawab besar bagi saya. Pelatihan berlangsung selama 14 hari. Banyak pembelajaran berharga yang saya dapatkan dari pelatihan ini.

Pada tanggal 7 Oktober, para peserta berangkat menuju Jakarta. 8 Oktober kami mengikuti acara perkenalan diri dan briefing yang dipandu oleh Ms. Okamoto (JICA Indonesia). Di hari ketiga, tepatnya di Jepang, para peserta mendapat pengajaran yang sangat berharga dari Prof. Izumi Nishitani dari Fakultas Pendidikan, Universitas Gunma. Beliau memaparkan tentang Sistem Pendidikan dan Kultur Guru di Jepang. Di Jepang, menjadi guru itu sulit, harus mengikuti beberapa ujian berkala untuk dapat mempertahankan pekerjaannya sebagai guru. Juga harus memiliki keterampilan, kemampuan dan dapat mengevaluasi diri. Yang terpenting adalah guru memiliki kompetensi yang baik, sehingga anak didik juga merasakan dalam menerima pembelajaran.

Hari Keempat, kami melakukan perjalanan ke SMP Tagoura Kota Fuji untuk melihat open class dan refleksi dari kegiatan LSBS. Pada saat observasi kelas, saya melihat kedekatan dan komunikasi yang baik antara guru dan murid. Guru benar-benar memposisikan diri mereka sejajar dengan murid. Saya menemukan bahwa guru-guru di Jepang benar-benar menjamin hak siswa untuk belajar. Selain itu, kegiatan di sini juga mematahkan anggapan bahwa Lesson Study hanya untuk IPA dan Matematika.

Dari kunjungan tersebut saya mendapat banyak pembelajaran khususnya tentang mengapa di Indonesia, Learning Community dan Lesson Study tidak berjalan optimal. Ini dikarenakan para guru merasa dikritik habis-habisan saat refleksi padahal proses refleksi yang sebenarnya adalah kegiatan untuk mewujudkan setiap siswa dapat belajar dan meningkatkan mutu pembelajaran tersebut. Pembahasan dalam forum refleksi di sekolah ini semua berfokus apakah siswa dapat atau tidak menerima pelajaran dengan baik dan bersama-sama memikirkannya.

Perjalanan dilanjutkan ke Kota Ishioka, yakni kunjungan ke SMPN Jounan. Kunjungan tersebut memperlihatkan keadaan lingkungan SMPN Jounan, visi dan filosofi, serta mengetahui cara-cara penerapan LSBS, bagaimana proses pembelajaran Learning Community di SMPN Jounan. Hal yang saya dapatkan dari pelaksanaan LSBS di SMPN Jounan yakni (1) saya sebagai guru harus berupaya untuk menjamin hak siswa untuk belajar. Yaitu saya harus benar-benar berusaha dan sabar menunggu siswa saat proses berfikir. (2) Perlunya menjalin komunikasi yang baik terhadap siswa. Guru melakukan dialog dengan siswa sebelum memulai pembelajaran. (3) dalam menjalankan diskusi dijalankan secara demokratis.

Kunjungan selanjutnya ke sekolah SMPN Motoyoshiwara, Kota Fuji dan SMPN Ninoe. Walaupun setiap sekolah yang saya datangi mempunyai karakteristik dan latar belakang berbeda namun yang membuat mereka sama adalah semua sekolah yang saya kunjungi benar-benar melakukan hubungan Kolegalitas.

Di hari-hari terakhir para peserta diajak melakukan kunjungan ke Sekolah Laboratorium Universitas Gunma. Sekolah ini adalah sekolah berkebutuhan khusus yang digabung dengan sekolah biasa. Jadi, anak-anak normal dapat bergabung dan bertemu secara langsung tanpa ada dinding pemisah antara mereka. Lalu dilanjutkan ke SDN Hamanogo yang terkenal di Jepang, berlokasi di Kota Chigasaki, Propinsi Kanagawa. Sesama guru memiliki kesadaran untuk saling menerima dan tidak saling mengabaikan, begitu juga sesama murid. Terjadi kemandirian dan kolegalitas, serta terlihat LS dilaksanakan terus menerus setiap hari dan menjadi budaya.

Ini adalah kunjungan pertama kali saya ke Jepang. Perjalanan menuju pendidikan yang lebih baik masih panjang. Walaupun susah kita harus mencoba, walaupun gagal jangan menyerah, menjalin kolegalitas yang lebih baik, membuat komunikasi yang baik antar guru maupun antar siswa, berusaha saling memperhatikan jangan saling mengabaikan, dan berusaha mendengarkan dulu sebelum bicara. Kemajuan tidak akan terjadi tanpa kita mau untuk melakukan perubahan dan kita harus berani mencoba untuk membuat misi kita ke depan sebagai guru harus apa, bagaimana agar dapat memberikan keterampilan terhadap anak didik untuk kehidupan mereka kelak.

PAGE TOP

Copyright © Japan International Cooperation Agency