Japan International Cooperation Agency
Share
  • 日本語
  • English
  • Français
  • Espanol
  • Home
  • About JICA
  • News & Features
  • Countries & Regions
  • Our Work
  • Publications
  • Investor Relations

Berita Proyek

2012-10-29

JCC PELITA yang ke-8 (Rangkuman tentang Survei Akhir PELITA)

Oleh : Dr. Istamar Syamsuri-FMIPA UM

Berdasarkan hasil survei tentang dampak pelaksanaan Lesson Study (LS) di Padang, Banjar Baru dan Minahasa Utara, kolegalitas antar guru meningkat secara signifikan. Hasil survai menunjukkan terjadinya penurunan pada tingkat pemahaman kepala sekolah terhadap LS dan keterlibatan kepala sekolah dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dukungan guru terhadap siswa belum meningkat, budaya sekolah belum meningkat (kecuali di MTs), pemahaman dan minat siswa terhadap matematika dan IPA belum meningkat dan hasil belajar matematika dan IPA masih rendah. Meskipun demikian, dari paparan hasil survei ternyata terdapat hal-hal yang menggembirakan yaitu adanya dampak positif LS yaitu partisipasi guru dan frekuensi kegiatan MGMP meningkat. Terjadinya peningkatan tersebut karena guru berpendapat bahwa kegiatan MGMP bermanfaat yaitu; dapat (1) memperdalam pemahaman materi pelajaran (2) menerapkan metode pengajaran yang inovatif dan bermanfaat (3) meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran (4) dapat meningkatkan kemampuan akademik guru. Hasil survei tersebut dipaparkan oleh Mr. Yoshitaka Tanaka dihadapan para peserta Rapat Joint Coordination Committee (JCC Meeting) ke-delapan pada tanggal 29 Oktober 2012 di Hotel Mega Anggrek, Jakarta. Survei dilakukan bukan untuk mengevaluasi sekolah di wilayah sasaran, melainkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh dampak LS terhadap sekolah, guru dan siswa.

Dalam survei ini ada pertanyaan yang ditujukan untuk Kepala Sekolah "seberapa banyak yang anda ketahui tentang isi kegiatan MGMP-MIPA, dan seberapa sering anda terlibat dalam kegiatan MGMP-MIPA?" para KS menjawab yang ternyata menunjukkan penurunan pada survei akhir jika dibandingkan dengan hasil survei awal. Artinya para KS lebih jarang terlibat dalam kegiatan MGMP-MIPA dan karena itu mereka tidak tahu banyak tentang isi kegiatan MGMP-MIPA. Mengapa terjadi penurunan kepemimpinan kepala sekolah? Masalah ini ramai diperdebatkan oleh peserta rapat. Dengan otonomi daerah, Kepala Daerah memiliki kewenangan yang tinggi untuk menentukan dan mewarnai kepala sekolah. Fungsi kepala sekolah sebagai administratur dirasa sangat menonjol sementara fungsi akademiknya terbengkalai. Kekhawatiran kepala sekolah yang terbesar adalah apakah LS mampu meningkatkan prestasi akademik atau LS bisa meningkatkan kelulusan siswa dalam Ujian Nasional . Pertanyaan ini wajar diajukan mengingat hingga saat ini masyarakat masih menganggap bahwa nilai rapor dan nilai UN itu dianggap menunjukkan prestasi belajar siswa. Masyarakat masih menganggap bahwa tingginya nilai rapor dan nilai UN menunjukkan tingkat keberhasilan pendidikan.

Pertanyaannya, apakah LS dalam waktu singkat akan meningkatkan keprofesionalan guru? Karena itu jika LS telah dilaksanakan selama 3 tahun (2009-2012), sudahkah para guru dapat merubah sikap dan perilakunya sehingga mereka benar-benar profesional? Hasil survei menunjukkan bahwa para guru baru sampai pada peran sertanya dalam kegiatan MGMP yang semakin meningkat, kolaborasi antar guru yang semakin baik, serta merasakan adanya manfaat dalam bidang akademik dari kegiatan MGMP sebagimana diuraikan di atas. Hal yang demikian belum dibarengi dengan upaya guru untuk lebih memperhatikan dan mendukung para siswa. Mr. Tanaka mengatakan bahwa di Jepang tahapan itu memerlukan waktu sedikitnya 5 tahun dengan dukungan kebijakan dan komitmen penuh dari kepala sekolah.

PAGE TOP

Copyright © Japan International Cooperation Agency